Mohon tunggu...
Wisnu Aribowo
Wisnu Aribowo Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Negeri Jakarta, salah satu yang terbaik dalam masanya, insya Allah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

"Pecahkan kaca bila terjadi kebakaran"

2 Januari 2011   12:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:02 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang tadi, saya pergi ke mal Pasar Festival di bilangan Kuningan. Awalnya memang saya tidak meniatkan ke sana, saya hanya ingin pergi ke Perpustakaan Umum Daerah yang berada di dekat situ, namun karena perpustakaannya tutup (dan saya tidak tahu mau kemana lagi, plus terlalu dini jika saya langsung pulang), maka saya memutuskan untuk jalan-jalan sebentar ke dalam mal. Setelah melaksanakan salat zuhur, saya terhenti sejenak saat saya melihat kotak pemadam api (fire extinguisher). Tentu saja itu bukan kali pertama saya melihat alat semacam itu, yang menarik adalah tulisan di atas kotak itu. Tulisannya kira-kira seperti yang saya tuliskan di judul artikel ini: "Pecahkan kaca bila terjadi kebakaran" (foto di bagian atas tulisan bukan foto pemadam api yang ada di Pasar Festival, saya dapatkan dari http://bit.ly/dG8TtN) Sejenak memang kalimat itu terlihat biasa saja, namun bila diperhatikan sebenarnya ada yang ganjil dalam kalimat itu. Memang sepertinya kalimat itu sudah lengkap, sempurna, dan memiliki arahan yang jelas: bahwa jika suatu saat terjadi kebakaran, pecahkan kacanya dan gunakan alatnya untuk memadamkan apinya. Adalah salah bila saat kebakaran terjadi tetapi kita tidak memecahkan kaca dari alat itu. Namun bila kondisinya tidak sedang kebakaran dan seseorang memecahkan kaca pelindung kotak alat pemadam itu, apakah orang tersebut salah? Saya kira jawaban kebanyakan orang akan lebih kurang bernada sama dengan jawaban, "ya salahlah, wong kebakaran juga enggak, ngapain segala dipecahin kotaknya?" Padahal jawabannya bukan seperti itu, sama sekali bukan. Begini, bila dikaji dari perspektif bahasa, kalimat itu kurang lebih ekivalen dengan kalimat "jika terjadi kebakaran maka pecahkan kaca". Nah, kalimat terakhir ini menggunakan operator logika biner implikasi. Bagi kalian yang ingat tentang implikasi, harusnya tahu bahwa implikasi itu bernilai salah hanya saat terjadi kondisi "jika maka " Satu-satunya keadaan salah tersebut muncul saat terjadi kebakaran (terjadi kebenaran bernilai 'benar') dan seseorang tidak memecahkan kaca itu (pecahkan kaca bernilai 'salah'). Jadi bila tidak terjadi kebakaran (terjadi kebakaran bernilai 'salah') tetapi seseorang memecahkan kaca itu (pecahkan kaca bernilai 'benar'), orang tersebut juga benar. Operator biner yang lebih cocok dalam kondisi tersebut adalah biimplikasi, yang memiliki syntax " jika dan hanya jika ". Kalau operator yang ini hanya bernilai benar pada keadaan " jika dan hanya jika " atau " jika dan hanya jika ".  Jadi kalau tulisan itu berbunyi "Pecahkan kaca jika dan hanya jika terjadi kebakaran" ya otomatis orang yang tidak memecahkan kaca saat terjadi kebakaran dan orang yang memecahkan kaca saat tidak terjadi kebakaran itu salah. PS: Tulisan ini tidak akan sedikit rumit dipahami bila kalian sudah lupa tentang implikasi, maka dari itu kalau ada dari kalian yang ingin mengerti maksud tulisan ini sepenuhnya namun lupa dalam hal implikasinya, saya persilakan untuk mampir ke tulisan saya yang ada di facebook: http://on.fb.me/giRpGz

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun