Nomor tunggal putri bulutangkis Indonesia memang sering dipandang sebelah mata setelah pemain sekelas Susi Susanti dan Mia Audina tidak ada lagi.
Saat masyarakat dibuat "geger" oleh hadirnya Maria Kristin Yulianti yang berhasil meraih medali perunggu tunggal putri Olimpiade Beijing 2008 Â MKY (baca: Maria Kristin Y) yang digadang-gadang mampu menjadi penerus Susi Susanti malahan terkena cedera lutut yang terjadi bukan disaat pertandingan melainkan disaat latihan.
Setelah itu tunggal putri  kita kembali "krisis" dan dipandang sebelah mata. Nama seperti Adrianti Firdasari masih cukup "angin-anginan" prestasinya untuk dapat menggantikan MKY.
Lama menunggu, akhirnya "anak" Â yang kita tunggu mampu mengangkat kembali drajat tunggal putri kita akhirnya "lahir" Â kembali. dialah Lindaweni.
Lindaweni lahir di Jakarta, 18 Januari1990 membuat kejutan setelah berhasil menembus final Vietnam GP Gold. sebagai pemain underdog, kehadiran Liwen panggilan akrab Lindaweni sama sekali tidak diperhitungkan. Bahkan hasil ini benar-benar diluar perkiraan dimana hampir semua lawan yang dia kalahkan dari babak pertama sampai semifinal adalah pemain yang notabene-nya pemain unggulan. Sayang di final kejutannya terhenti setelah kalah oleh unggulan satu asal Thailand Porntip Bunaraprasertsuk dua set langsung 10-21 18-21.
Di pertandingan selanjutnya Taipei GP Gold, Liwen kembali membuat kejutan setelah berhasil menginjak partai puncak dan melawan unggulan satu Tai Tzu Ying asal Taipei. Liwen nyaris membuat Tzu malu didepan publiknya sendiri setelah berhasil macht poin duluan 20-17 di set ketiga. namun mentalnya dipoin "genting" ini masih cukup labil dan membuat Tzu berbalik unggul bahkan menang 22-20. Skor akhir Tzu menang 21-19 20-22 22-20.
Melihat pertandingannya akhir-akhir ini, saya bisa melihat bahwa gaya bermain Liwen mirip seperti MKY dengan permainan relly-nya yang menakjubkan dipadukan dengan smash yang cantik.
Liwen juga sering menang melawan pemain-pemain ranking atas dunia. kalaupun kalah, skornya tidak terlalu mengejutkan mata. Bahkan saya berani mengatakan bahwa Liwen seharusnya berada di peringkat atas dunia. Hanya saja mental bertandingnya perlu diperbaiki dan tehniknya divariasikan lagi.
Dan terakhir, ini merupakan "pembuktian" bahwa tunggal putri Indonesia masih ada dan masih harus diperhitungkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H