Mohon tunggu...
Febby Ariawiyana
Febby Ariawiyana Mohon Tunggu... -

Saat ini beraktivitas sbg intermediator teknologi BTC-Network | Redaktur Majalah Online UKM Indonesia Network (@UKMNetwork) | Dukung Program Sistem Inovasi Daerah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wisata Memotret Lumpur

17 September 2012   03:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:21 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_212821" align="alignleft" width="210" caption="Memotret wisat sosial lumpur sidoarjo/Lapindo"][/caption] Meskipun sudah hampir enam bulan berada di Surabaya. Sebagai perantauan (baca : anak kosan lagi). Tapi baru kemarin  saya dapat mengunjungi "wisata sosial" Lumpur Lapindo atau versi lain menyebut lumpur Sidoarjo. Tidak ada yang salah dengan penamanaan tersebut. Hanya konteks dibalik nama saja. Nge-Kost di Wonocolo, Surabaya selatan yang berbatasan dengan Sidoarjo.  Membuat jarak ke wisata tersebut sebenarnya  tidak jauh untuk disinggahi. Dengan memacu Kharisma keluaran 2005.  Ahad Sore yang cerah (16/9) waktu tempuh dari 40 menit tiba di lokasi. Seperti yang sudah umum diberitakan. Tanggul besar kurang lebih 15 meter memagar "wisata" tersebut. Seperti apa sih rupa dari balik tanggul tersebut ?  saya membatin.  Memasuki areal masuk, terdapat pos penjaga. Lebih tepatnya pos untuk duduk-duduk seperti pos ronda. Dimintanya uang Rp 5000 untuk tiket masuk. Hanya motor dapat melalui pos ini untuk naik ke tanggul tersebut. Sementara bagi yang ber-Mobil dapat diparkir persis bersebelahan dengan rel kereta api jurusan Malang. Praktis, saya membaui seperti bau kaos kaki basah yang dipakai terus didalam sepatu.  Kebayang kan seperti apa. Jika belum terbayang. Mirip-mirip seperti ban bekas di bakar. Bagi yang pernah menyaksikan demo dengan aksi bakar ban bekas. Pasti tau bau khas tersebut. Itulah kesan pertama ketika tiba diatas tanggulnya. Setelahnya dijumpai endapan lumpur (sebagai sudah mengeras, sebagian lagi ada yang mengalir diantara ceruknya). Kembali menyusur ke selatan. Menjumpai serombongan berfoto-foto. Mungkin saja bukti pernah datang ke "wisata" ini kali ya. Saya pun juga tak ketinggalan memotret. Kemudian tak lama, seorang ibu mendekati dengan sopan menawarkan kaset VCD kejadian lumpur Lapindo itu. Terdapat tiga edisi yang dibuat berdasarkan tahun kejadian 2002 - 2006, 2006-2010, dan edisi lengkap 2002-2010. Harganya dibandrol Rp. 20 ribu dan Rp. 30 ribu (edisi lengkap). Entah darimana sumber pengambil gambar tersebut.  Sebenarnya menarik juga melihat isi VCD tersebut. Namun, tidak bawa uang lebih saat itu. Dengan prolog sederhana yang seperti jadi template untuk menawarkan "silakan mas lihat dulu, kejadian lumpur yang merendam 13 desa di 3 kecamatan ini. Kalo yang ini...." kenapa saya bilang template. Selain ibu tersebut ada sekitar 5-6 orang yang juga menjaja VCD tersebut dengan prolog yang sama. Selepas, menawarkan VCD tersebut datang keluarga (ayah, ibu, dan satu orang putri). Mereka datang dari tangga yang disediakan di punggung tanggul tersebut. Artinya mereka datang ber Mobil. Melihat peluang ini, si Ibu tadi menawarkan hal yang sama. Hanya saja, saya dengarkan sambil menyeruput es tebu hijau yang tersedia. Ibu tersebut menawarkan Rp 50 ribu untuk VCD edisi lengkap. Maklum, mereka orang yang berduit. Lain, waktu silakan kunjugi wisata ini sekedar memotret lumpur dan membeli  VCD tersebut. Atau ala  saya memotret dan minum es perasan tebu manis seharga Rp 3000 saja. Berikut saya bagikan foto-foto jepretan sederhana saya. [caption id="attachment_212826" align="alignleft" width="210" caption="pemandang diatas tanggul"]

1347850069299019075
1347850069299019075
[/caption] [caption id="attachment_212828" align="alignleft" width="210" caption="Ibu penjaja VCD (baju orange)"]
1347851082789358067
1347851082789358067
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun