NTB. Nanti Tuhan Bantu, Nasib Tergantung Bali. Itu dua dagelan yang mungkin sering kita dengar sebagai definisi dari abrevasi NTB. Ah, dagelan itu tidak sepenuhnya salah. Justru karena NTB semakin religius, Tuhan pasti akan bantu. Tak mungkin kita meragukan bantuanNya. Tergantung Bali juga tidak salah, karena memang sektor pariwisata kita masih belum bisa melampaui Bali baik dari kuantitas pengunjung maupun fasilitas pendukung.
Mungkin jaman now kita kalah, tetapi bagaimana dengan future, masa depan? Tulisan ini hanya ide kecil tentang angan-angan saya pribadi tentang NTB di masa depan, tidak hanya di bidang pariwisata tetapi juga bidang strategis lainnya. Lalu, peran apa yang bisa kita mainkan sebagai agen intelektual yang tergabung dalam Mata Garuda NTB. Tulisan ini adalah deskripsi " angan-angan" pribadi saya tentang NTB di masa depan.
NTB punya keunikan dan kekhasan tersendiri. Itu dari segi Sumber Daya Alam (SDA), tetapi seiring dengan semakin tumbuhnya geliat generasi penerus NTB untuk meningkatkan kapasitas diri dan keilmuan, maka tidak diragukan lagi kalau NTB memilik Sumber Daya Manusia (SDA) yang berdaya saing. Contoh terdekat adalah kita semua. Ini bukan klaim kesombongan, tetapi memang begitu adanya. Teman-teman adalah agen intelektual yang diharapkan output akhirnya menjadi agen perubahan.
Bayangkan, para cerdik cendekia dengan berbagai latar belakang keilmuan dan kualitas serta kapasitas diri teman-teman, seharusnya kita bisa melakukan banyak hal untuk membantu stakeholder terkait menuju pembangungan NTB yang akseleratif. Ini adalah satu hal. Hal lain adalah potensi SDA yang NTB punya bisa dibilang berlimpah. Pariwisata sudah saya sebutkan di atas, dimana melalui sektor ini akan ada efek multi sektor yang akan terdampak. Sebut saja keindahan pantai, hutan, gunung, lautan dan sebagainya bisa kita " jual" Â dan kelola untuk kesejahteraan masyarakat. Sektor strategis lainnya misalnya pertanian, dimana NTB termasuk provinsi yang berperan penting untuk ketahanan pangan di Indonesia seperti padi, jagung, kedelai dll. Dan banyak sektor lain yang sebenarnya NTB punya potensi besar (ulasannya akan saya publikasi di tulisan berikutnya).Â
Memang kita punya pekerjaan rumah untuk menyelesaikan segudang problematika yang juga multidimensi. Indikator yang paling jelas barangkali bisa kita lihat dari IPM yang masih bertengger di nomer buncit. Inilah yang menjadi tantangan NTB ke depan. Setelah saya paparkan pengantar di atas, mungkin kita sudah mendapatkan gambaran bahwa sebenarnya, di balik tumpukan masalah, ada berlimpah potensi yang kita bisa maksimalkan. Lalu, apa peran yang bisa kita mainkan?
Hal utama yang harus kita bangun adalah soliditas dan sinergisitas. Point ini penting dalam rangka membangun kolaborasi lintas disiplin untuk merumuskan ide, gagasan, konsep dan solusi. Apakah kita mampu? Ah, ini pertanyaan klasik. Pasti mampu jika kita mau. Dan awardee LPDP adalah mereka yang sudah selesai dengan urusan " mau mengabdi" atau tidak. Saya yakin, kita adalah individu yang semangat untuk bergerak menciptakan perubahan.
Fondasi yang paling utama adalah merekatkan soliditas dan sinergisitas kita. Berikutnya adalah, kumpulan cerdik cendekia yang solid ini akan mampu merumuskan ide, gagasan, konsep dan solusi untuk problematika lintas sektor. 500-an cerdik cendekia, kalau bersatu merumuskan solusi pasti akan sangat luar biasa. Kita ini bukan orang pasif, kita adalah individu yang jiwanya pasti tergerak untuk peka dan berpikir bagaimana memecahkan masalah.
Pemerintah dan stakeholder terkait tinggal menggandeng kelompok intelektual ini untuk menjalankan roda pembangunan. Namun, PR utama kita tentu adalah membangun sinergi dengan pemangku kebijakan dan menaikkan posisi tawar kita melalui karya-karya, penelitian, pengabdian dan apapun yang bisa kita lakukan. Akumulasi dari semua ini akan menjadi daya tarik stakeholder untuk menggandeng kita berkolaborasi merumuskan solusi.Â
Jadi, nasib NTB di masa depan bisa saja tergantung kita, karena kita adalah subjek sekaligus katalisator perubahan dan pembangunan. Modal intelektualitas, keilmuan dan kapasitas hasil tempaan dinamika yang teman-teman alami adalah generator pergerak yang dibutuhkan NTB. Di masa depan, saya bayangkan NTB sebagai provinsi yang tidak hanya berdaya saing, tetapi mampu menjadi contoh sempurna perubahan dan pembangunan yang akseleratif. Jutaan pengunjung menghabiskan hari liburnya di sini dengan rasa aman dan nyaman, bahkan mereka tak mau pulang.
Tak ada lagi gagal panen dan kebingungan petani terkait teknik penanaman dan pemasaran hasil pertanian karena kita selalu berada di sampingnya mendampingi mereka. Ibu-ibu merasa bahagia melahirkan anak mereka karena pelayanan kesehatan yang prima dan tidak ada lagi cerita dan berita angka kematian ibu dan anak pasca melahirkan, standar mereka sudah berbasis orientasi pasien, bukan lagi kepentingan ego tenaga kesehatan. Ikan, terumbu karang dan biota laut lainnya hidup dengan tenang karena air laut tak tercemar limbah pertambangan, pesisir pantai mampu disulap untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Di jalan-jalan kita akan melihat toko, warung-warung kopi tertata rapi dan masyarakat semakin antusias untuk membuka usaha setelah lelah kesana kemari melamar pekerjaan. Taman dan ruang terbuka hijau bisa didapatkan dimana-mana, karena konsep tata ruang kota dibuat oleh kita yang memiliki keilmuan tentang itu. Sekolah-sekolah informal, lembaga pendidikan, perpustakaan dan fasilitas pendidikan lainnya bisa kita temukan di desa-desa, karena inisiatif kita di desa masing-masing. Ah, banyak sekali bayangan lain yang mungkin menjadi impian kita bersama untuk NTB di jaman future.Â