Semangat Guru
'Semangat' berkaitan dengan perasaan serta tujuan hidup seseorang. 'Semangat' berkorelasi antara manusia dengan budaya, komunitas, spiritualitas, religiusitas yang mengandung nilai-nilai, keyakinan, mental dan etika yang dipegang.
Semangat yang terus dipupuk akan menimbulkan kebahagiaan, pengendalian diri serta terapi efektif dalam mengatasi stres.
Upaya mengembangkan semangat dapat ditempuh melalui perenungan. Bertanya pada diri perihal skala prioritas dalam profesi dan menempatkannya menjadi sesuatu yang penting sebagai tujuan hidup (teachintheterritory; 2020).
Guru sebagai profesi, dituntut agar selalu fresh dan bersemangat di hadapan seluruh muridnya. Kehadiran sosok guru dalam membangkitkan semangat muridnya bisa berada di depan, di tengah, maupun di belakang, sebagaimana dirumuskan dalam Patrap Triloka Ki Hajar Dewantara; Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani.
Semangat yang didasarkan pada komitmen adalah inti dari pengajaran yang efektif. Day (2004) menyatakan bahwa 'semangat bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan untuk mencapai puncak intelektualitas'. Guru yang bersemangat dapat menciptakan kegembiraan yang mempengaruhi proses belajar mengajar.
Hergraves (1997) menegaskan bahwa semua pendekatan pedagogis akan mengalami kegagalan dalam pembelajaran. Akan lebih efektif jika guru mampu mentrasfer serta menciptakan semangat dan kegairahan di dalam kelas. Guru yang bersemangat merasakan bahwa mengajar dapat memberi energi dalam membangkitkan minat murid-muridnya untuk mencapai hasil belajar yang terbaik. Sebaliknya, guru yang kurang bergairah akan mengalami kehilangan kepercayaan diri, kurang produktif dalam karirnya dan cenderung menarik diri dari pembaruan.
Guru yang memiliki semangat akan berkemauan keras, berinisiatif dan terbuka untuk mengetahui hal baru, melakukan refleksi, penilaian diri serta menyusun perbaikan sebagai rakomendasi perbaikan. Dampaknya terlihat dari semakin meningkatnya kompetensi diri, keterampilan teknis dan kecerdasan kepribadian. Â Mampu memberi arti penting kepada muridnya karena sadar bahwa kesuksesan muridnya menjadi bagian penting dari pekerjaan dan juga kesuksesannya.
Fried (2004) mengemukakan bahwa semangat bukanlah monopoli individu. Semangat dapat dibangkitkan, diajarkan dan direproduksi. Semangat dapat meningkat atau menurun sesuai keadaan pribadi dan sosial seseorang.
Setidaknya terdapat dua hal yang perlu dirawat setiap pribadi guru; (1) semangat dalam mengelola pembelajaran, serta (2) semangat dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya.