Mentawai merupakan gugusan kepulauan di sebelah barat Sumatera yang cukup unik. Walau sebelumnya bagian dari Kabupaten Padang Pariaman (Sumatera Barat), budaya dan bahasanya tidak sedikitpun mirip dengan Pariaman (Minangkabau). Asal-usul suku tersebut masih menjadi misteri. Sampai sekarang belum ada hasil peneltian yang menunjukkan suku mana yang telah berimigran ke sana, yang diyakini sebagai nenek moyang orang Mentawai. Beberapa pendapat menyatakan sebagai bangsa Polynesia, yang lainnya menggolongkan kepada bangsa Proto-Malayan (Melayu Tua).
Konon, terpisahnya kepulauan Mentawai dengan Sumatera terjadi sejak zaman Pleistosin. Manusia zaman itu adalah spesies Homo-Erektus dengan kebudayaan Paleoliticum (batu tua). Berakhir pada 10.000 SM, sebelum datang zaman Holosin (Alluvium) yang menjadi cikal 'manusia zaman now'.
Letak geografis yang cukup jauh dari daratan, menjadikan suku Mentawai relatif steril dari pengaruh perkembangan teknologi dan budaya. Sebagai salah satu suku tertua di Indonesia, suku Mentawai masih memegang teguh kepercayaan, tradisi dan adat istiadat. Masyarakat Mentawai mempercayai bahwa seluruh benda di alam memiliki roh/jiwa (simagre).Â
Roh tersebut adakalanya bergentayangan melepaskan diri dari benda yang ditempatinya karena terusiknya harmonisasi di antara mereka. Roh yang lepas menjadi 'radikal bebas' dan dapat menimbulkan penyakit.Â
Oleh karena itu, perlu dijaga harmonisasi antara roh dan benda yang ditempatinya dengan upacara keagamaan (punen, puiaijat atau lia) dibawah kepemimpinan sikerei yang dapat berkomunikasi dengan makhluk supra-natural.
Seiring berkembangnya sarana transportasi, kepulauan Mentawai menjadi mudah dijangkau dari Padang. Kapal motor feri (KMF), seperti KMF Gambolo dan Ambu-ambu, rutin mengunjungi pelabuhan-pelabuhan besar dengan membawa penumpang beserta material bangunan dan alat berat lainnya. Sedangkan kapal motor cepat MV Mentawai Fast I dan Mentawai Fast II, lebih khusus membawa penumpang dan wisatawan.Â
Pengaruh tersebut berdampak kepada percepatan pembangunan fisik dan sarana transportasi darat. Selain itu, pemerintah juga menyediakan kapal perintis yang membawa bahan-bahan yang dikontribusikan untuk daerah-daerah terpencil di kepulauan tersebut.
Perlu strategi dan perencanaan yang matang ketika mengunjungi beberapa tempat di kabupaten tersebut. Pekerjaan rumah yang perlu ditangani sesegera mungkin oleh pemerintah daerah setempat untuk mengatasinya.***