Mohon tunggu...
Ariansyah S.Si
Ariansyah S.Si Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Pendidikan IPA di Universitas Pendidikan Mandalika

Suka isengin dan becandain chat GPT.. 😅

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Falsafah "Nggahi Rawi Pahu" sebagai Pedoman Hidup Mayarakat Suku Mbojo (Bima-Dompu)

7 Desember 2023   14:56 Diperbarui: 7 Desember 2023   14:56 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Falsafah adalah suatu pandangan hidup atau cara berpikir yang mencerminkan nilai-nilai, norma-norma, dan prinsip-prinsip yang dipegang oleh suatu masyarakat atau kelompok. Falsafah dapat menjadi pedoman bagi seseorang atau kelompok dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan dalam kehidupan. Falsafah juga dapat menjadi identitas dan jati diri yang membedakan suatu masyarakat atau kelompok dari yang lain.

Salah satu falsafah yang dimiliki oleh masyarakat suku Mbojo (Bima-Dompu) adalah "Nggahi Rawi Pahu". Falsafah ini mengandung nilai-nilai moral dan etika yang mengajarkan agar kata-kata yang diucapkan harus sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Falsafah ini juga menuntut agar seseorang dapat menepati janji-janji yang telah diucapkan dan tidak mengingkarinya. Falsafah ini merupakan salah satu identitas dan jati diri masyarakat suku Mbojo yang menjunjung tinggi nilai keislaman.

Latar Belakang Falsafah "Nggahi Rawi Pahu"

Falsafah "Nggahi Rawi Pahu" berkaitan erat dengan ucapan atau janji yang diungkapkan seseorang kepada yang lain. Dalam tradisi suku Mbojo, ucapan atau janji merupakan sesuatu yang sakral dan harus dihormati. Bila janji itu tidak ditepati, maka akan berdampak pada ketidakpercayaan dan kehilangan rasa hormat dari masyarakat. Selain itu, orang yang mengingkari janji juga akan merasa bersalah dan malu kepada Tuhan yang maha melihat. Oleh karena itu, falsafah ini mengajarkan agar seseorang dapat menjaga kejujuran dan integritasnya dalam berucap dan bertindak.

Falsafah "Nggahi Rawi Pahu" juga berkaitan dengan konsep "amanah" dalam Islam. Amanah berarti tanggung jawab, kepercayaan, dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seseorang. Amanah juga berarti menjaga hak-hak Allah, rasul, diri sendiri, dan sesama manusia. Amanah juga berarti tidak menyalahgunakan amanat yang diberikan oleh orang lain. Dengan demikian, falsafah ini sejalan dengan ajaran Islam yang menghargai amanah dan menghukum khianat.

Falsafah ini juga memiliki latar belakang historis yang berkaitan dengan perjuangan masyarakat suku Mbojo dalam menghadapi penjajahan Belanda. Masyarakat suku Mbojo dikenal sebagai pejuang yang gigih dan pantang menyerah dalam mempertahankan tanah airnya. Mereka memiliki semangat yang tinggi dan tekad yang kuat untuk membebaskan diri dari penindasan. Mereka juga memiliki kemandirian, keberanian, dan kreativitas dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Falsafah "Nggahi Rawi Pahu" menjadi salah satu sumber inspirasi dan motivasi bagi mereka dalam berjuang.

Makna Falsafah "Nggahi Rawi Pahu"

Falsafah "Nggahi Rawi Pahu" terdiri dari tiga kata, yaitu "Nggahi", "Rawi", dan "Pahu". "Nggahi" berarti kata atau ucapan, "Rawi" berarti perbuatan termasuk sikap, dan "Pahu" berarti muka atau bentuk. Jadi, falsafah ini berarti kata dan perbuatan tersebut harus memiliki bentuk. Dengan kata lain, apa saja yang telah diungkap dan diucapkan harus direalisasikan dalam bentuk perbuatan dan tindakan yang bermanfaat bagi orang lain. Tidak hanya bermanfaat bagi manusia, tetapi juga bermanfaat bagi seluruh isi alam termasuk tumbuh-tumbuhan dan hewan.

Falsafah "Nggahi Rawi Pahu" juga dapat diartikan sebagai keselarasan antara hati, lisan, dan perbuatan. Hati adalah tempat bersemayamnya niat, lisan adalah alat untuk menyampaikan niat, dan perbuatan adalah wujud dari niat. Ketiga unsur ini harus sejalan dan seimbang agar seseorang dapat mencapai kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup. Bila ada ketidakselarasan antara hati, lisan, dan perbuatan, maka akan menimbulkan kekacauan dan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain.

Falsafah ini juga dapat diartikan sebagai iman, taqwa, dan amal shaleh. Iman berarti keyakinan yang kokoh terhadap Allah, rasul, dan hal-hal yang ghaib. Taqwa berarti ketakwaan yang menjadikan seseorang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Amal shaleh berarti perbuatan yang baik yang sesuai dengan syariat Islam dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Falsafah "Nggahi Rawi Pahu" mengajarkan agar seseorang memiliki iman yang kuat, taqwa yang tinggi, dan amal shaleh yang banyak.

Implementasi Falsafah "Nggahi Rawi Pahu"

Falsafah "Nggahi Rawi Pahu" diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat suku Mbojo. Salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Masyarakat suku Mbojo menghargai pendidikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas diri dan masyarakat. Mereka berusaha untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan mengamalkan ilmu yang telah didapat. Mereka juga menghormati guru sebagai pemberi ilmu dan mengikuti nasihat-nasihatnya. Mereka tidak hanya belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga ilmu agama dan ilmu budi pekerti.

Contoh lainnya adalah dalam bidang politik. Masyarakat suku Mbojo menghendaki pemimpin yang jujur, adil, dan amanah. Mereka tidak suka dengan pemimpin yang korup, zalim, dan munafik. Mereka menginginkan pemimpin yang dapat menepati janji-janjinya dan tidak mengecewakan rakyatnya. Mereka juga menginginkan pemimpin yang dapat memberikan contoh yang baik dan tidak sombong. Mereka juga menghormati hak-hak rakyat dan tidak menyalahgunakan kekuasaan.

Falsafah ini tidak hanya berlaku bagi masyarakat Dompu, tetapi juga bagi masyarakat Bima dan suku Mbojo pada umumnya dimanapun mereka berada. Mereka tetap menjaga falsafah ini sebagai pedoman hidup mereka dan tidak mudah terpengaruh oleh budaya atau gaya hidup yang bertentangan dengan falsafah ini. Mereka juga berusaha untuk menyebarkan falsafah "Nggahi Rawi Pahu" kepada generasi muda agar mereka dapat meneruskan nilai-nilai luhur dan mulia yang terkandung dalam falsafah ini.

Relevansi Falsafah "Nggahi Rawi Pahu"

Falsafah "Nggahi Rawi Pahu" masih relevan dan penting untuk diterapkan dalam kehidupan saat ini. Falsafah ini dapat menjadi pedoman dan motivasi bagi seseorang untuk berperilaku baik dan bertanggung jawab atas ucapan dan perbuatannya. Falsafah ini dapat menjadi solusi bagi berbagai masalah sosial yang timbul akibat ketidaksesuaian antara kata dan perbuatan, seperti kebohongan, penghianatan, penipuan, korupsi, dan sebagainya. Falsafah ini juga dapat menjadi ciri khas dan kebanggaan bagi masyarakat suku Mbojo yang memiliki nilai-nilai luhur dan mulia.

Falsafah "Nggahi Rawi Pahu" sesuai dengan ajaran Islam yang mengutamakan kejujuran, keadilan, dan amanah. Islam mengajarkan agar seseorang dapat mengucapkan yang baik atau diam, dan tidak mengucapkan yang buruk atau dusta. Islam juga mengajarkan agar seseorang dapat berbuat yang baik atau meninggalkan yang buruk, dan tidak berbuat yang buruk atau maksiat. Islam juga mengajarkan agar seseorang dapat menunaikan amanah yang dipercayakan kepadanya, dan tidak mengkhianati amanah tersebut. Dengan demikian, falsafah ini sejalan dengan ajaran Islam yang merupakan agama mayoritas masyarakat suku Mbojo.

Falsafah "Nggahi Rawi Pahu" tidak hanya relevan bagi masyarakat suku Mbojo (Bima-Dompu), tetapi juga bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Falsafah ini dapat menjadi salah satu nilai budaya dan agama yang membentuk karakter bangsa yang berkualitas. Dengan mengamalkan falsafah ini, bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang maju, mandiri, dan bermartabat.

Penyusun: Ariansyah. Mahasiswa Magister Pendidikan Sains UNDIKMA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun