Minimnya akses terhadap layanan keuangan digital menjadi salah satu hambatan utama dalam perkembangan ekonomi di daerah pedesaan. Desa Ngering, yang terletak di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, menghadapi tantangan besar dalam inklusi keuangan akibat terbatasnya jumlah ATM dan dominasi sistem transaksi tradisional. Hal ini tidak hanya menyulitkan masyarakat dalam melakukan transaksi, tetapi juga menghambat pertumbuhan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kurangnya literasi digital dan pencatatan keuangan yang tidak sistematis semakin memperparah keadaan, membuat para pelaku usaha sulit berkembang dan beradaptasi dengan tren ekonomi digital.
Sebagai upaya mengatasi permasalahan tersebut, Ariani Ghina Darmawan, Mahasiswi KKN TIM 1 Universitas Diponegoro (Undip), mencetuskan sekaligus melaksanakan program pendampingan digitalisasi UMKM melalui QRIS di Desa Ngering. Program ini bertujuan untuk meningkatkan inklusi keuangan dan daya saing UMKM dengan memperkenalkan sistem pembayaran digital berbasis QRIS. Inisiatif ini juga selaras dengan tiga tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), yakni SDGs 1 (Tanpa Kemiskinan), SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), serta SDGs 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan). Dengan QRIS, para pelaku UMKM diharapkan dapat lebih mudah melakukan transaksi keuangan, mencatat pemasukan dan pengeluaran secara otomatis, serta menjangkau pasar yang lebih luas.
Metode utama dalam program ini adalah penyuluhan dan pelatihan pembuatan QRIS bagi pelaku UMKM di Desa Ngering. Penyuluhan dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai manfaat pembayaran digital, seperti kemudahan transaksi tanpa uang tunai, efisiensi waktu, serta keamanan dalam bertransaksi. Selain itu, pelatihan diberikan untuk membekali pelaku usaha dengan keterampilan teknis dalam membuat dan menggunakan QRIS dalam kegiatan bisnis mereka. Dengan adanya bimbingan secara langsung, diharapkan para pelaku UMKM dapat lebih percaya diri dalam mengadopsi sistem pembayaran digital ini.
Salah satu tantangan utama dalam implementasi program ini adalah rendahnya literasi digital di kalangan masyarakat Desa Ngering. Sebagian besar pelaku UMKM masih terbiasa dengan sistem pencatatan manual dan transaksi tunai, sehingga mereka cenderung ragu dalam beralih ke sistem digital. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan dalam program ini tidak hanya berfokus pada pelatihan teknis, tetapi juga pada edukasi berkelanjutan yang memberikan pemahaman mengenai pentingnya digitalisasi dalam meningkatkan daya saing usaha.
Selain manfaat bagi pelaku UMKM, penerapan QRIS juga membawa dampak positif bagi masyarakat umum di Desa Ngering. Dengan meningkatnya penggunaan transaksi digital, masyarakat tidak lagi harus bergantung pada ketersediaan uang tunai atau mencari ATM yang lokasinya jauh dari desa. Sistem pembayaran ini juga mempercepat transaksi dan memberikan kenyamanan bagi pembeli maupun penjual dalam melakukan pembayaran. Keuntungan lainnya adalah pencatatan keuangan yang lebih rapi dan sistematis, sehingga memudahkan pelaku UMKM dalam mengevaluasi perkembangan usaha mereka dan mengakses layanan keuangan formal seperti pinjaman usaha dari bank atau fintech.
Untuk mendukung keberhasilan program ini, dibuat pula materi edukatif berupa poster yang menjelaskan tentang QRIS, manfaatnya, serta langkah-langkah penggunaannya. Poster ini diharapkan dapat membantu masyarakat memahami sistem pembayaran digital dengan lebih mudah dan dapat diakses kapan saja sebagai referensi. Dengan adanya media informasi yang menarik dan mudah dipahami, diharapkan masyarakat semakin tertarik untuk beralih ke sistem transaksi digital.
Penulis: Ariani Ghina Darmawan
DPL : Dra. R.R. Hermini Susiatiningsih, M.Si
Lokasi : Desa Ngering, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI