Mohon tunggu...
KKM ARMAHANI
KKM ARMAHANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya anggota Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) dari Kelompok 70, Armahani. Nama kelompok kami berasal dari gabungan kata dalam bahasa Sansekerta “Arnawama” yang memiliki arti samudra dan “Handayani” yang memiliki arti manfaat yang besar. Kami berfokus pada kegiatan pengabdian dengan mengusung beberapa tema besar “ Moderasi Beragama, Pencegahan Stunting, Parenting, dan Kemiskinan Ekstrim” yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui berbagai program inovatif dan kolaboratif. Semoga tulisan-tulisan kami dapat memberikan manfaat dan membuka ruang diskusi yang positif bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Menghidupkan Identitas: Tradisi Mberot di Dusun Kampung Baru, Desa Wonosari, Kec. Wonosari, Kab. Malang

30 Desember 2024   06:55 Diperbarui: 30 Desember 2024   06:55 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Tradisi Mberot di Desa Wonosari

Dalam upaya menjaga warisan leluhur, masyarakat Kabupaten Malang tepatnya di Dusun Kampung Baru, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang masih melaksanakan tradisi yang bernama Tradisi Mberot. Tradisi ini menjadi cerminan harmoni antara budaya, kepercayaan, dan kehidupan masyarakat setempat. Tradisi Mberot digelar sebagai hajatan masyarakat Dusun Kampung Baru yang berlangsung cukup meriah. Acara ini dimulai pukul 19:00 WIB tepatnya pada Kamis malam (26/12). Hal ini menjadi sorotan para mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk melihat secara langsung tradisi yang berlaku di masyarakat.

Para mahasiswa KKM terutama kelompok 70, turut berpartisipasi hadir dalam tradisi yang kaya akan nilai budaya dan makna yang mendalam ini. Seluruh mahasiswa tersebut diantaranya adalah Ravi sebagai ketua kelompok, Arul, Ina, Sandra, Ismi, Risma, Ariani, Ela, Maya, Fisal, dan Nadia. Mereka menonton Tradisi Mberot secara seksama dan cukup antusias ketika menyaksikannya. Tradisi Mberot ini juga kerap disebut dengan bantengan.

Acara terlebih dahulu diawali dengan pembukaan penampilan seni pencak silat dan juga penampilan beberapa atraksi dari kelompok bantengan. Penampilan pertama dari para pendekar beserta srikandi dari kelompok bantengan, kemudian dilanjutkan dengan penampilan dari sesepuh sanggar, setelah itu masuk pada acara inti yakni bantengan. Bantengan disini didasarkan atas makna sebuah bentuk perwujudan khodam yang keluar dari pendekar yang tampil sebelumnya.

Ditengah-tengah acara berlangsung, dari kelompok 140 desa Wonosari juga turut hadir memeriahkan Tradisi Mberot. mereka tidak ingin melewatkan momen berharga ini yang mana tidak mesti setiap hari Tradisi Mberot ini diadakan. Salah satu mahasiswa bernama Fisal mengungkapkan pernyataan atas tradisi ini "tradisi mberot iki unik, tradisine wes turun menurun, terus yo tetap dilestarikan nang daerah-daerah nek Indonesia terutama ndek Malang," ucapnya.

Sayangnya,seluruh mahasiswa yang hadir tidak dapat menyaksikan acara hingga selesai. Alhasil mereka tidak tahu puncak akhir dari acara tersebut apakah benar seperti yang sedang ramai dibicarakan bahwa, ada yang sampai kesurupan. Hal ini masih menjadi tanda tanya bagi mereka semua. Walaupun begitu, mereka cukup senang bisa menyaksikan secara langsung tradisi yang ramai dibincangkan di kampus.

Di era modern, Tradisi Mberot telah berkembang dengan sentuhan berbagai kreativitas, yang dimana dalam pengaplikasiannya diiringi oleh berbagai jenis musik, dari gamelan sampai musik DJ untuk membuat acara ini lebih menarik. Namun, tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur yang terdapat di dalamnya.

Bagi mahasiswa, tradisi ini tidak hanya sekedar tradisi, ada makna mendalam di dalamnya yakni sebagai langkah awal menuju perjalanan panjang yang penuh tantangan. Tradisi ini mengingatkan mereka untuk terus bertahan, belajar, dan berkembang menjadi pribadi yang tangguh dan bermakna bagi bangsa dan negara.  

Tradisi Mberot tidak hanya mengenalkan atas kearifan budaya lokal, tradisi ini juga menciptakan pengalaman berharga bagi mahasiswa KKM selama masa pengabdian di masyarakat, tepatnya di Dusun Kampung Baru. Dengan kehadiran mahasiswa KKM dalam acara tersebut, diharapkan mereka dapat memahami nilai budaya suatu masyarakat dan mengamalkan nilai yang terkandung dalam suatu tradisi kepada kehidupan sehari-hari mereka.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun