Membaca merupakan salah satu dari empat ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh peserta didik selain ketrampilan lain seperti menulis, berbicara, dan menyimak. Membaca tidak kalah penting dengan kemampuan berbicara atau menulis, karena dengan membaca kita dapat memahami kemampuan peserta didik menyerap informasi yang ia dapatkan dari teks atau tulisan untuk menambah pengetahuan. Membaca buku, jurnal, koran, majalah atau artikel membuat siswa mengetahui segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Siswa akan mendapatkan informasi dari berbagai sumber yang penting untuk menambah pengetahuan dan memahami sesuatu. Dalam pemahaman membaca, siswa harus mengetahui tentang topik, gagasan utama, dan detail pendukung. Dalam membaca yang dapat membuat siswa memahami teks, siswa harus mengidentifikasi topik, gagasan utama, dan detail pendukung. Ini dapat membantu mereka dengan mudah mendapatkan informasi dalam teks. Pemahaman membaca diperlukan oleh siswa sebagai pembaca, karena tujuan membaca adalah pemahaman.Â
Pada pembelajaran bahasa asing, dalam hal ini pembelajaran bahasa Inggris, setiap keterampilan / skill  memiliki tingkat kesulitan pemahaman serta penguasaan masing-masing.  Jika kita perhatikan selama beberapa tahun ini, banyak yang siswa mengalami kesulitan untuk menguasai keterampilan membaca bahkan membaca dalam bahasa ibunya sendiri, (apalagi membaca teks berbahasa Inggris), hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa malas membaca teks, artikel atau berita, mereka lebih tertarik untuk melakukan chat lewat media sosial dengan bahasa yang pendek, ringkas serta dipenuh singkatan asing a la mereka, yang sulit untuk dipahami oleh orang - orang diluar lingkaran pertemanan mereka; atau  tidak mengikuti perkembangan cara berkomunikasi dan pergaulan mereka, istilah kekiniannya kurang update .Â
Kurangnya minat membaca siswa sebenarnya tidak hanya disebabkan oleh kebiasaan buruk mereka diatas, namun juga adanya beberapa kesulitan yang  membuat siswa tidak menguasai keterampilan membaca. Penguasaan reading skill oleh peserta didik bukanlah suatu hal yang mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca peserta didik. Menurut (Damastuti, Eviani, 2015): Faktor-faktor prediktor  yang mempengaruhi kesulitan reading  dilihat dari aspek kompetensi linguistik,  yaitu: (1) faktor kosakata, (2) faktor makna kata, (3) faktor gramatikal, (4) faktor pembeda kalimat
Menurut Perera (1894: 274) seperti yang dikutip oleh Nurul Fajri & Nurmainiati; 2019, faktor yang menyebabkan peserta didik mengalami  kesulitan dalam membaca pemahaman (reading comprehension), yaitu:
- Tulisan tangan yang tidak terbaca, cetakan yang buram atau kecil yang tidak nyaman, atau kurang kontras antara kata dan latar belakang.
- Ketika materi pelajaran berada di luar pengetahuan dan pengalaman pembaca. Dalam hal ini, semua kata dari teks dapat dipahami tetapi untuk keseluruhan tidak masuk akal.
- Disajikan dengan kosa kata yang tidak familiar. Beberapa buku ditulis untuk junior siswa sekolah, berisi beberapa kata yang tidak mungkin diketahui oleh anak muda.
- Mungkin ada kesulitan tata bahasa dalam teks.
- Organisasi wacana mereka secara keseluruhan mungkin tidak jelas atau asing.
Sebelum sampai pada tingkat pemahaman, akan lebih baik jika peserta didik diajarkan  teknik skimming (membaca cepat tanpa melihat detail) dan scanning (membaca cepat untuk mencari informasi spesifik) terlebih dahulu agar peserta didik terbiasa dalam menentukan isi tulisan atau teks dan bagian teks mana saja yang perlu dibaca secara mendetail. Setelah peserta didik mampu melakukan skimming dan scanning dengan baik, maka guru bisa mulai menetapkan tujuan membaca. Umumnya, tujuan membaca adalah menemukan beberapa informasi dari teks.Â
Guru haruslah menyadari serta memahami benar-benar bahwa reading comprehension adalah suatu ketrampilan  kompleks yang melibatkan salah satu faktor seperti motivasi belajar peserta didik.  Motivasi inilah yang harus selalu dibangkitkan ketika peserta didik mengalami penurunan motivasi karena materi pembelajaran yang dirasa sulit untuk dikuasai. Dari pengalaman saya, sulitnya peserta didik dalam penguasaan reading skill disebabkan oleh ketidakmampuan peserta didik dalam penguasaan pronounciation. vocabulary building, finding meaning, main idea dan topic paragraph. Untuk peserta didik yang terbiasa melihat, mendengar dan memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan para native speaker, hal-hal yang disebutkan sebelumnya bukanlah hal yang sulit sama sekali.
Namun demikian, sebagai seorang guru janganlah keterpencilan atau jauhnya jarak  mematahkan semangat kita dan para peserta didik dalam menguasai bahasa asing. Jika kita mau  berpikir terbuka, memanfaatkan media yang ada serta kembali belajar dan mengikuti pelatihan baik yang diselenggarakan pemerintah maupun non pemerintah, kita pasti akan menemukan cara untuk mengatasinya. Mari kita mulai menjadi pembelajar sepanjang hayat, seorang guru yang mencintai profesi dan peserta didiknya; sehingga ketika kita mengalami kesulitan, kita tidak lantas mundur dan berputus asa, namun justru menambah semangat untuk kembali belajar agar bisa menjadi fasilitator dan memberikan layanan terbaik bagi peserta didik kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H