Mohon tunggu...
Bang Andi
Bang Andi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Anak Siantar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sial Seumur Hidup

1 Juli 2012   08:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:22 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir-akhir ini aku bingung.Di kota kecil ini, susahnya setengah mati bedakan mana trotoar,mana lapak pedagang,mana parkir sepeda motor,tiang-tiang penyangga billboard iklan.Di pinggir-pinggir jalan,di waktu yang lalu,trotoar itu tempat para pejalan kaki.Entah pagi,entah siang,entah sore,pejalan kaki punya hak berjalan di atasnya.Bebas hambatan,bisa berjalan beriringan 3 orang sekaligus..

Tapi kini,bukan saja di tempat-tempat yang ramai ,bahkan di tempat-tempat sunyi pun,sudah sulit berjalan di atas trotoar.Entah ideologi mana yang mengajarkan bahwa trotoar bukan lagi tempat berjalan kaki.Sesusah-susahnya orang cari nafkah,trotoar dianggap lapak gratis yang menjawab kesusahannya bayar kios jualan yang resmi.Sekaya-kayanya orang berduit,trotoar adalah pertapakan kecil yang turut mendukung ekspansi usahanya.Mau bayar berapa pun jadi, asal tiang-tiang penyangga tempatnya beriklan,bisa memuluskan promosi jualannya.Sehebat-hebatnya merek sepeda motor,trotoar itu lokasi parkir yang dianggap mempermudah urusan.Semakin ruwet jadinya kota ini.

Para penggemar jalan kaki seperti saya harus meliuk-liukkan tubuh dan kaki yang cuma sepasang ini,hanya untuk bermanuver dan menggeser posisi jalan agar tidak menubruk lapak atau tiang-tiang atau juga sepeda motor yang dibangun dan parkir di atasnya.Sungguh ini penjajahan baru.Penjajahan ini akan berlangsung lama,jika pemerintah khususnya Dinas yang berhubungan dengan trotoar,masih juga belum sadar diri,kalo rakyatnya dijajah oleh rakyatnya sendiri.Semakin semakin ruwet gak karu-karuan jadinya.

Saya pernah membayangkan,berapa banyak caci maki dan doa yang isinya gak baik untuk  para penjajah trotoar itu.Katakanlah pagi 20 orang,siang sama jumlahnya,sore sama jumlahnya,malam juga sama.80 caci maki dalam hati ditambah dengan doa-doa tersebut,ini menjadi modal tidak berkah bagi penjajah-penjajah tersebut.Coba anda bayangkan setiap hari anda,dibuat seperti itu.Sudah cari nafkah susah,dicaci maki,didoakan yang gak baik pula.Bisa sial seumur hidup...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun