Mendengar namanya itu membuat diriku seakan kembali pada masa itu yang dimana Aku saat itu masih belum memperdulikan kuliah. Waktu pertama kali kenal dia. Dia itu orangnya penyendiri dan pendiam. Aku coba membuka sedikit obrolan yang setidaknya ada respon. Lama kelamaan jadilah akrab.Â
Saat itu juga aku waktu itu mengulang mata kuliah dikelasnya. Dia itu memang tidak begitu cantik, Tapi dia itu menarik menurutku. Sampai bicara mengenai buka internet terkunci dia hanya tertawa dan mengetahuinya. Aku sih memang merasa jadi pelarian si calon suaminya. Hanya saja Aku juga mulai nyaman bercerita dengannya.Â
Sampai ada moment dimana aku memendam rasa "Aku jatuh cinta kepadamu". Cuma dia yang bikin aku Jatuh Hati kepadanya sampai aku tak bisa lupa karenanya. Dia pun juga yang membangkitkan ku disaat aku jenuh dengan kuliah. Sampai suatu hari hatiku terbelah sua melihat Status WA nya yang akan melangsungkan pernikahan. Di luar aku terlihat tangguh tapi didalam menangis rasanya. Mungkin Tuhan sudah mempersiapkan yang terbaik untukku. Sampai kau berkata "Waktuku kuliah sudah tidak banyak. Semoga buku itu menjadi penghubung terakhir". Iya aku sempat meminjam bukunya dan pada akhirnya Aku simpan di tempat terbaik.
Aku Ikhas
Aku Ridho
Aku rela
Terima Kasih telah mewarnai isi hatiku walau hanya sebentar saja.Â
Cinta sejati tidaklah harus memiliki. Membuat dia bahagia itu adalah Cinta Luar Biasa.
Sakinah Mawadah Warrohmah untukmu. Doaku yang terbaikmu. Walau hati ini selalu bilang " Jangan Pergi, Ku tak ingin sendiri".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H