Jum’at, 31 Maret 2017, saya membaca tulisan menarik di portal kompasiana. Sebuah portal yang banyak memuat tulisan opini. Tulisan menarik tersebut ditulis oleh akun kompasiana bernama Hariyati. S. Dan tulisan tersebut mengenai Hary Tanoesoedibjo
Menariknya, ia kupas berbagai manuver dan rekam jejak Hary Tanoe. Bahkan ia juga membandingkan sosok HT dengan Ahok. Titik klimaksnya, ia seperti terinspirasi dari kegegeran Ahok yang belakangan ini banyak dicerca dan dihujat oleh masyarakat, terutama oleh kalangan umat Islam. Oleh sebab itulah, dalam judul artikelnya ia tulis “Hary Tanoe, Siapkah Anda di “bantai”?”
Dalam tulisannya, Hariyati menyebutkan peristiwa gempuran umat Islam terhadap Ahok yang terjadi belakangan ini. Kita tau, betapa dahsyatnya kemarahan umat Islam terhadap Ahok. Riuh gemuruh tak henti-hentinya terjadi, aksi damai umat Islam tak terbendung, berlangsung hingga berjilid-jilid. Ahok dibantai habis-habisan.
Namun, ada satu hal yang terlewatkan dalam tulisan Hariyati tersebut. Ia hanya menyebutkan peristiwa gempurannya, tidak menjelaskan apa dan mengapa gempuran itu bisa terjadi kepada Ahok, bahkan bertubi-tubi. Nah, karena terlewatkan, maka titik inilah yang akan saya bahas dalam tulisan ini.
Jelas Hary Tanoe dan Ahok tak bisa dibandingkan. Karena bukan aple to aple. Seorang insan dinilai dari prilakunya dan keduanya jauh berbeda. Seperti apa dan bagaimana perlakuan mereka berdua. Mari kita kulik bersama.
Pertama, ini bukan mengada-ada. Ahok cenderung tak bisa menjaga lisannya. Bahkan, dari sekian banyak kegaduhan yang terjadi belakangan ini, tak lain dan tak bukan karena ulah lisan Ahok yang seringkali serampangan dalam berbicara.
Siapa yang tak marah bila kitab sucinya diusik? Siapa yang tak tersinggung, Ahok yang non muslim ikut campur urusan muslim? Siapa yang tak gerah, melihat Ahok memberi sambutan dalam acara peresmian budidaya ikan kerapuh di Kepulauan Seribu, tapi yang disampaikan malah ayat suci al-Qur’an, padahal ia bukan muslim? Oleh karena itu, maka sangatlah wajar jika umat Islam merasa terganggu dengan ucapan Ahok di Kepulauan Seribu tersebut.
Bagaimana dengan Hary Tanoe? Sangatlah jauh jika dibanding dengan Ahok. HT lebih santun dalam bertutur kata, ia lebih sigap dalam menjaga lisannya. Bahkan, sekalipun ia banyak diundang ke pesantren-pesantren di berbagai daerah, materi yang disampaikan HT tak pernah sedikit pun menyinggung soal agama. Yang disampaikan HT hanyalah seputar dunia kewirausahaan. Di depan para santri, ia banyak bercerita pengalaman bagaimana ia merintis usahanya, berbagi tips, serta memotivasi mereka agar semangat membangun daerah dengan menjadi wirausahawan muda.
Kedua, Ahok cenderung melawan bahkan menantang mereka-mereka yang selalu menyerangnya. Masih ingatkah anda dengan tragedi Ahok yang menantang Habib Rizieq? Ya, hanya karena FPI menolak Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi, dan FPI mendirikan Gubernur tandingan, Ahok langsung emosi dan mengajak Habib Rizieq berduel satu lawan satu.
Sangat berbeda jauh dengan HT. HT tak pernah membalas hal-hal negatif. Dia lebih sibuk dengan hal produktif, seperti menularkan gagasannya membangun ekonomi yang kuat, membangun daerah, terjun ke masyarakat, mengentaskan kemiskinan, untuk memajukan Indonesia.
Berbeda dengan Ahok. Sampai Ya’juj dan Ma’juj, bahkan Dajjal pun turun ke bumi, tampaknya, Ahok tidak akan pernah mau berdamai dengan yang namanya Front Pembela Islam, apalagi dengan Habib Rizieq Syihab.