Saat berbicara mengenai perempuan berpengaruh di Indonesia. Ada satu nama yang tidak bisa dilewatkan. Namanya memang tak se-nyentrik Menteri Susi Pudjiasti, yang sempat kontroversial di awal pengangkatannya sebagai menteri. Atau Sri Mulyani yang sempat heboh karena diangkat Direktur Pelaksana Bank Dunia.
Dia adalah perempuan kelahiran Surabaya, 19 Mei 1965. Khofifah Indar Parawansana atau biasa dipanggil Khofifah. Seorang perempuan sederhana berasal dari desa. Namun, dengan penuh semangat, sejak mudanya ia sudah memilih untuk berjuang diranah politik.
Karirnya di dunia politik terbilang bagus. Kariernya di parlemen ia mulai sejak masa Pemerintahan Soeharto. Dia menjabat sebagai Pimpinan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan DPR RI (1992-1997), Pimpinan Komisi VIII DPR RI (1995-1997), Anggota Komisi II DPR RI (1997-1998), Wakil Ketua DPR RI (1999), Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa MPR RI (1999).
Nama Khofifah naik setelah  keberaniannya mengkritik Soeharto dalam pidatonya saat sidang MPR. Saat itu, Khofifah dipercaya oleh partai untuk mewakili fraksinya menyampaikan pandangan umum dalam laporan pertanggungjawaban presiden Soeharto pada tahun 1998. Ia mengkritik Pemilu 1997 yang penuh kecurangan dan pertama kali ia memunculkan terminologi refomasi politik. Perempuan cerdas itu melontarkan ide-ide demokratisasi (Okezone.com/26/10/2014).
Pada masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, Khofifah dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan. Dalam interviewkompastv (8/12/2016), Khofifah mengatakan bahwa dia sebelumnya pernah menolak saat tawari jabatan tersebut.
"Gusdur bagaimana kalo saya tidak  jadi menteri saja, saya di wakil ketua DPR saja, karena bagi saya kalo kita di wakil ketua DPR RI, kita bisa memotret banyak hal, tapi kalo di menteri peranan wanita saat itu belum pemberdayaan perempuan, kita cuma memotret perempuan saja," begitulah ucapnya.
Namun Gusdur tetap meminta dirinya dengan jabatan tersebut. Akhirnya Khofifah menerimanya dengan permintaan untuk mengganti nama Kementerian "Peranan Wanita" menjadi "Pemberdayaan Perempuan," sekaligus juga menambah cakupannya pada permasalahan anak.
Saat ini untuk kedua kalinya beliau dipercaya untuk memgemban jabatan kementrian lagi. Presiden Jokowi mengamanahkan untuk masuk dalam jajaran kabinetnya. Khofifah diangkat menjadi Menteri Sosial sejak tahun 2014.
 Pengaruh Khofifah yang cukup besar dalam perpolitikan di Indonesia, juga diakui oleh media luar. Seperti apa yang diberitakan oleh Bloomberg, sebuah media asal Amerika. Dalam sebuah tulisan yang berjudul "World'sBiggest Muslim Country Puts More WomenInto Senior Roles," disebutkan bahwa Khofifah merupakan tokoh berpengaruh dalam pemerintahan di Indonesia. Dia juga danggap sebagai simbol kesuksesan perempuan di kancah politik nasional (Tribunnews.com/12/08/2017).
Sebuah filosofi tentang karirnya dalam dunia politik dia pegang sampai sekarang, yaitu kalimat yang merupakan sebuah nasehat dari Nur Zainab, seorang guru SMA Khofifah yang sudah seperti ibunya sendiri. Petuah tersebut berbunyi "Khofifah kamu niatkan semuanya demi Ijtihad Politik." (kompastv/7/05/2015)
Nasehat gurunya tersebut Khofifah pegang dalam kehidupan politiknya. Ijtihad Politik dapat diartikan sebagai kesungguhan dalam menjalankan amanahnya. Hal tersebut terlihat dalam program-program Khofifah di Kementrian Sosial saat ini. Dia begitu fokus pada masalah kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu bentuk programnya adalah Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Â yang merupakan kartu serba guna untuk keluarga miskin.