Masih keingat juga apa yang kuterima beberapa hari ke belakang. Siang itu masuk ke ruangan dua orang mantan mahasiswa bimbinganku yang baru di wisuda minggu kemaren. Setelah salaman mereka bergegas mengeluarkan bungkusan dari tas mereka masing-masing. Ya, dua bungkusan, yang satu dengan kemasan kertas koran dan satunya lagi dengan sampul buku. Naluri ku berkata bahwa mereka sepertinya memberikan itu karena rasa bersalah atau takut merasa ada yang kurang dalam membina hubungan kami selanjutnya.
Nak, bagi seorang pendidik adalah suatu kebahagian yang tidak ternilai ketika menyaksikan kalian berhasil menggapai impian menyelesaikan jenjang demi jenjang pendidikan. Seperti, saat melihat kalian diwisuda sebagai seorang sarjana kesehatan masyarakat kemaren. Khusus bagi bapak, profil facebook kalian bapak buka satu per satu untuk melihat ekspresi kebahagiaan yang terpancar dari wajah kalian.
Nah, haruskah kita men-skip episode kebersamaan kita sehingga menjadikannya out of memory ? Kenapa itu bapak sampaikan, karena indikasinya ada, belum sebulan kita menyelesaikan kontrak bimbingan kalian sudah enggan untuk walaupun sekedar berkirim sms selamat idil fitri, .. ayo siapa yang duluan ngirim?
Minggu-minggu pertama masuk kuliah masih dalam suasana syawal, ingin rasanya kita berjabat tangan saling memaafkan kalau ada salah dan khilaf di antara kita. Ahh.. tidak kunjung datang.
Nak, kalau kamu sempat mampir ke sini, bapak mohon dimaafkan kalau ada yang kurang dan tidak pada tempatnya selama membimbing kalian. Dan bingkisan dari kalian akan bapak teruskan kepada mereka yang membutuhkannya.
Selamat menempuh episode baru dalam kehidupan kalian..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H