Mohon tunggu...
Aditya Ariaguslidinata
Aditya Ariaguslidinata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Semoga tulisan saya dapat memberikan manfaat bagi kita bersama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunisme Bukan untuk Negara Industri?

14 Maret 2023   11:37 Diperbarui: 14 Maret 2023   11:39 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Sudah lebih dari satu abad sejak Revolusi Bolshevik terjadi di Rusia. Revolusi yang terjadi pada Oktober 1917 ini telah berhasil menjadikan Rusia sebagai negara komunis pertama di dunia. Hal ini menjadi titik awal dari munculnya gerakan komunis di berbagai negara hingga akhirnya muncul berbagai negara komunis baru. Jerman timur, berbagai negara di Eropa Timur, serta negara-negara di Asia, Afrika, maupun Amerika Tengah bermunculan menjadi negara komunis pada saat itu. Dari berbagai negara yang muncul tersebut, terdapat sebuah hal yang menarik bahwa komunisme hanya berkembang dan mampu menjadi ideologi pada negara-negara yang bukan merupakan negara industri atau bukan negara maju pada saat itu. Lantas mengapa revolusi komunisme hanya terjadi dan berhasil pada negara non-industri atau semi industri?.

     Pemikiran Marx atau dikenal dengan Marxisme tentu tidak dapat dilepaskan dari sejarah berkembangnya komunisme. Marxisme sendiri merupakan pemikiran yang muncul akibat pengamatan Karl Marx atas revolusi industri yang terjadi di Inggris. Marx melihat bagaimana sistem ekonomi yang berjalan di Inggris pada saat itu telah menciptakan struktur kehidupan yang baru. Marxisme hadir sebagai bentuk pendekatan atas nama kelompok orang-orang miskin atau lemah yang termarjinalkan dan sedang terhimpit. Marx percaya bahwa sistem ekonomi yang ada akan selalu menghambat terciptanya kesetaraan serta keadilan sosial. Hal ini disebabkan kepemilikan dan kekuasaan atas economic base yang menjadi dasar penting atas kekuasaan di sebuah negara menurut Marx hanya dimiliki oleh sebagian orang yang membuat mereka semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Maka dari itu Marx percaya bahwa revolusi pasti akan terjadi dengan sendirinya sebab konflik yang disebabkan oleh sistem ekonomi yang ada telah sangat mengakar dan hanya dapat diselesaikan melalui reformasi secara masif atau revolusi pada sistem kapitalis. Nyatanya, Kepercayaan Marx akan revolusi yang pasti akan terjadi ternyata tidak pernah terjadi pada negara dimana Marx melahirkan pemikirannya yaitu Inggris. Kapitalisme yang menguasai industri Inggris ternyata masih terus berjalan dan berkembang dengan sendirinya.

     Marx sebenarnya tidak sepenuhnya gagal dalam memahami revolusi akan sistem ekonomi kapitalisme. Hal ini dikarenakan pemikiran Marx mengenai revolusi kemudian diinterpretasikan lebih lanjut oleh Vladimir Lenin. Lenin berpendapat bahwa revolusi tidak akan terjadi begitu saja sebab kapitalisme di suatu negara saling terikat dengan negara lain seperti sebuah rantai, sehingga sulit kapitalisme di suatu negara dapat runtuh. Maka dari itu, revlosui hanya akan terjadi pada negara yang belum masuk tahap industri penuh sebab rantai kapitalisme belum mengikat negara tersebut. Hal ini yang dianggap Lenin menjadi kelemahan dari sistem kapitalisme. Hal ini pula yang dikemudian hari menjadi landasan keberhasilan Revolusi Bholsevik di Rusia. Dari hal ini kita ketahui bahwa sejak awal komunisme yang merupakan interpretasi dari pemikiran Lenin atas pemikiran Marx memang menargetkan negara yang belum menjadi negara industri penuh. Bukan berarti komunisme tidak berkembang di negara industri pada saat itu, namun upaya tersebut selalu berakhir akan kegagalan.

     Jika kita melihat hingga saat ini, setidaknya hanya ada beberapa negara yang masih menganut sistem satu partai-komunis di negaranya, yaitu Tiongkok, Korea Utara, Vietnam, Cuba, dan Laos. Tiongkok menjadi satu-satunya negara dari kelima negara ini yang bisa dianggap memiliki ekonomi yang paling kuat dan mampu bersaing pada level internasional. Meskipun demikian sulit rasanya untuk mengatakan bahwa Tiongkok merupakan negara komunisme sepenuhnya pada saat ini. Perkembangan ekonomi Tiongkok telah mengarah pada ekonomi kapitalis yang terbuka. Hal ini yang kemudian membuat penulis berkesimpulan bahwa sejak awal komunisme tidak akan mampu untuk menumbangkan kapitalisme. Hal ini yang kemudian menjadi jawaban atas pertanyaan yang muncul diawal mengenai mengapa revolusi komunisme hanya terjadi dan berhasil pada negara non-industri atau semi industri. Kegagalan Marx dalam mendefinisikan revolusi pada kapitalisme di negara industri, serta interpretasi dari Lenin akan revolusi di negara yang belum masuk tahap industri penuh menjadi bukti bahwa sejak awal komunisme tidak di-design untuk mampu menguasai negara industri pada saat itu yang menjadi cikal bakal terus berkembangnya kapitalisme hingga saat ini. Hal ini juga tentu tidak terlepas dari keberhasilan para kapitalis untuk terus mempertahankan kekuasaanya dengan menguasai faktor-faktor ekonomi yang kemudian menjadi kendali pada jalannya pemerintahan di berbagai negara. Hal ini yang kemudian membuat negara komunis sulit untuk bertahan dan berakhir pada kehancuran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun