[caption id="attachment_152037" align="aligncenter" width="640" caption="Para punggawa Musikalukas"][/caption]
Musikal Lutung Kasarung yang biasa disingkat Musikalukas dan bisa ditemui di dunia Twitter @musikalukas adalah sebuah pagelaran akbar yang digelar di penghujung tahun 2011 ini. Bagi yang belum tahu, Musikalukas adalah teater Musikal Lutung Kasarung yang digagas oleh wakil gubernur Jawa Barat yang jago beladiri, Dede Yusuf, dan disutradarai langsung oleh Didi "Emon" Petet yang kualitasnya sudah tidak usah diragukan lagi.
Teater Musikalukas yang berlangsung sejak tanggal 27 kemarin hingga tanggal 1 nanti dimeriahkan juga oleh dua artis ibukota yaitu Laudya Cynthia Bella dan Chicco Jerikho yang memang pacaran di dunia nyata (apa hubungannya?). Beruntung saya hadir di acara pembukaan teater Musikalukas ini, hingga akhirnya bisa menuliskan apa saja yang terjadi ketika pertunjukan tersebut berlangsung.
Dimulai jam setengah delapan malam waktu daerah Sabuga Bandung, ternyata parkiran Sabuga sudah mulai padat, beruntung saya datang dari jam setengah enam. Seperti biasa para mojang jajaka Bandung yang super "bening" sudah mondar-mandir di selasar Sabuga menanti hadirnya orang-orang penting yang salah satunya adalah Dede Yusuf beserta istrinya yang langsung dikerubungi para wartawan untuk diwawancara, sayangnya hari itu, saya sedang tidak mood untuk mewawancara siapapun (gak ada yang nanya!).
[caption id="attachment_152041" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana di luar aula Sabuga, masih sepi, soalnya saya datang paling pertama :P"][/caption] [caption id="attachment_152038" align="aligncenter" width="300" caption="Berfoto dulu lah sebentar"][/caption] [caption id="attachment_152039" align="aligncenter" width="300" caption="Prasasti Kawali"][/caption] [caption id="attachment_152040" align="aligncenter" width="300" caption="Naskah "][/caption]
Ada Dede Yusuf, pastinya ada artis lain juga, terhitung ada Melly Goeslaw yang memakai high heel super tinggi, kemudian Titiek Puspa dan terakhir Eko Patrio yang entah mewakili lembaga pemerintahan atau lembaga keartisan (apa sih?!). Sebelum pertunjukan dimulai kita bisa jalan-jalan melihat-lihat stand apa saja yang ada di selasar Sabuga selain backdrop besar Musikalukas yang dipakai para pengunjung untuk berfoto bersama, stand makanan hingga stand jualan lengkap ada disini.
Tidak lupa beberapa benda replika properti dari pertunjukan Musikalukas turut menghiasi selasar Sabuga malam itu, "action figure" Purbasari yang berukuran besar dengan alat tenunnya, naskah pertanian, batu prasasti kawali hingga alat-alat bercocok tanam rakyat Pasir Batang di legenda Lutung Kasarung, semua dipajang manis disini.
Pintu sudah dibuka, saya pun memasuki aula Sabuga yang sudah bersuhu dingin di malam yang dingin itu, mendapatkan posisi duduk di bagian atas kiri panggung, sudah cukup lumayan bagi jarak pandang saya untuk menyaksikan teater Musikalukas ini, sayang sekali jarak pandang lensa kamera SLR pinjaman yang saya pakai tidak cukup menangkap lebih dekat semua aksi yang ada di atas panggung. Karena itu jangan protes kalau foto yang saya tampilkan disini terlihat tidak begitu "besar" toh saya malas turun kebawah untuk berfoto, lagipula berfoto dilarang kecuali wartawan, dan jika mau berfoto pun tidak boleh menggunakan blitz!
No problem, show must goes on (harusnya panitia yang bilang gini), pertunjukan dimulai diawali dengan dua narator yang dimainkan oleh dua orang, yaitu satu wanita, yang ternyata adalah Laudya Cynthia Bella yang saya baru sadar di akhir pertunjukan, dan satu pria yang berpostur super tinggi karena memakai enggrang yang biasa disebut "lengser".
Kedua narator menceritakan secara singkat apa yang terjadi di kerajaan Pasir Batang yang secara ringkasnya adalah hadirnya Purbararang menjadi momok paling menakutkan bagi rakyat Pasir Batang yang lebih mengidamkan Purbasari, yang tidak lain adalah adik dari Purbararang untuk memimpin kerajaan Pasir Batang. Sehingga tidak tunggu waktu lama sampai Purbararang mengusir Purbasari dari kerajaan dan bertemu dengan Lutung Kasarung seekor "kera sakti" yang bisa bicara dan mengalahkan banteng dengan buntutnya sendiri.
[caption id="attachment_152043" align="aligncenter" width="300" caption="Purbasari yang sedang bercermin ditemani Inang"][/caption] [caption id="attachment_152044" align="aligncenter" width="300" caption="Lutung Kasarung yang mengobrak-abrik ruangan Purbararang"][/caption]
Bukan namanya musikal kalau tidak ada nyanyian dan tarian, karena 90% dari teater ini semua dialog disampaikan dalam bentuk nyanyian yang berasal dari talenta-talenta muda Jawa Barat yang diaudisi langsung oleh Didi Petet yang memang mereka bisa nyanyi, nari dan akting secara bagus bersamaan, wow!
Rata-rata 100 lebih para pemain Musikalukas adalah talenta muda yang belum punya pengalaman di panggung hiburan atau industri hiburan profesional Indonesia, tapi di Musikalukas, mereka menyajikan sebuah pertunjukan yang kalau kata Didi Petet bilang "sekelas dengan pertunjukan di Broadway!", dan memang benar, walau tidak mendekati (karena saya belum pernah nonton di Broadway) saya cukup terkesima dengan kemampuan para talenta di Musikalukas, bahkan suara vokal Purbararang sekelas dengan suara Nicky Astria yang khas! Seriusan!
Walau ada beberapa kesalahan teknis yang saya lihat, seperti mic milik Purbararang yang mati, tapi hal tersebut langsung diatasi dengan tanggap dan khas ala gaya kerajaan, jadi yang memberikan mic adalah prajurit kerajaan sambil melakukan gerakan menyembah raja, unik! Kemudian ada beberapa artikulasi yang kurang jelas karena ada satu pemain yang kadang volume mic-nya terlalu keras dan terlalu pelan, tapi masih bisa dimaklumi.
Justru yang paling memikat perhatian adalah karakter tukang bubur yang diperankan dengan sangat apik oleh dua mojang bujang Jawa Barat, dengan gaya kemayu dan suara cempreng, tapi tarian jaipong atraktif mereka membuat para penonton terdiam terkagum-kagum hingga tertawa lebar karena jokes yang dikeluarkan si dua tukang bubur kocak ini.
Purbasari yang menjinakan banteng "viking" Persib [caption id="attachment_152046" align="aligncenter" width="350" caption="Orkestra apik persembahan Imam Ulle"][/caption]
Bicara musik, berterimakasihlah pada Imam Ulle dan Ismet Ruchimat dari Samba Sunda yang menyajikan musik teater yang bervariasi dan memukau telinga para penonton. Dari aliran rock, jazz, pop, balada hingga dangdut dan lagu-lagu tradisional sunda lengkap dengan bunyi gamelan dan kendangnya, semua disuguhkan dengan sangat apik! Perfect!
Dari departemen busana, tidak bisa disangkal lagi, konsep "etnik futuristik" yang dijanjikan oleh Deden Iswanto dan istri dari Alm.Harry Roesli yaitu Kania Roesli benar adanya, kostum tradisional yang benuansa modern dan bergaya ala Lady Gaga berhasil ditampilkan dengan sangat apik. Warna-warnanya memanjakan mata, beragam, mencolok, tapi enak dipandang.
Interior panggungnya memang bergaya minimalis, tapi permainan visual sangat berperan disini, dari terbitnya matahari hingga background hutan tempat Lutung Kasarung beraksi disajikan tanpa cela di panggung aula Sabuga ini.
Tapi ada baiknya bagi anda yang belum tahu legenda Lutung Kasarung, membaca terlebih dahulu seperti apa sih ceritanya. Karena bisa-bisa anda bingung dengan alur cerita yang dibagi dalam dua babak ini, karena bagi beberapa orang, cerita dari Musikalukas ini agak terlalu cepat dan "clek-clok" (istilah orang sunda) so, pay attention! Untungnya ada beberapa komedi dan guyon khas tanah pasundan yang diselipkan di Musikalukas ini, salah satunya adalah kemunculan banteng yang dijinakan Purbasari, ternyata banteng tersebut adalah banteng viking, alias penggemar berat Persib Bandung, lebih hebatnya lagi yang menjadi banteng adalah penata koreografi Musikalukas sendiri yaitu Ayo Sunaryo, cameo yang dashyat!
Lalu dimana posisi Chicco Jerikho? Setelah kekasihnya kalau ditotal-total hanya muncul tidak lebih dari 10 menit, Chicco muncul di lima menit terakhir dengan suara vokal yang "pas-pas-an" (kalau bilang jelek terlalu kasar, he-he) padahal kehadiran Chicco sebagai sosok "ganteng" Lutung Kasarung yaitu Guruminda merupakan final appearance dan ending yang seharusnya dinyanyikan dengan sangat bermakna. Oh poor you Chicco, maaf, saya jujur dari dalam hati, masih jauh lebih bagus Lutung Kasarung-nya yang bernyanyi. Tapi sekali lagi, itu terserah kepada anda, silakan tonton sendiri untuk membuktikan.
Kemunculan Chicco "five-minute" Jerikho Menari dan menyanyi bersama di akhir pertunjukan [caption id="attachment_152049" align="aligncenter" width="381" caption="Kehadiran Dede Yusuf & Iman Taufik sebagai penggagas Musikalukas "][/caption] [caption id="attachment_152050" align="aligncenter" width="384" caption="Semuanya berkumpul bersama"][/caption]
Panjang lebar bukan reportase yang seharusnya singkat ini? Ha-ha, tapi percayalah, pertunjukan Musikalukas yang Didi Petet bilang "Broadway rasa Indonesia" ini bisa anda buktikan sendiri kalau tahun baru nanti mau berlibur ke Bandung (itu pun kalau akses jalan ke Bandung tidak ditutup polisi, ha-ha). Karena Didi Petet telah mempersembahkan sebuah legenda nusantara ke level yang lebih besar lagi dan berpotensi meramaikan industri musikal yang sudah terlebih dahulu diramaikan oleh Mira Lesmana cs dan Joko Anwar dalam Musikal Laskar Pelangi dan Onrop.
So, please kindly, khususnya warga Jakarta yang ingin berlibur ke Bandung, daripada jalan-jalan ke factory outlet sambil menghabiskan uang untuk baju yang enam bulan lagi sudah masuk gudang, mending dicoba nonton Musikalukas yang harga tiketnya dimulai dari Rp 150.000 - Rp 650.000 ini, lumayan kan? Nonton Justin Bieber saja bisa, masa nonton kebudayaan tanah air sendiri tidak bisa. Apalagi nanti malam tahun baru bakal ada "special show" dari Musikalukas ini, khusus untuk para wisatawan loh.
Yes, selamat untuk Didi Petet dan seluruh jajaran kru dan pemain Musikalukas, lestarikan terus kebudayaan tanah air tercinta ini, hatur nuhun sadayana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H