Segelas air putih hangat membuka pagi ini dengan segarnya, secercah harapan untuk kesehatan yang akan menjadi rutinitas esok, lusa dan entah sampai kapan kebiasaan ini akan ada. Elok rupamu membuat semangat pagi ini semakin menggelora, bak seorang pahlawan yang mencoba merebut garis kemenangan dari penjajah. Jejakkan kakimu itu, membuatku merinding dengan mengagumi adanya pergerakan yang hidup. Perutmu yang kembang-kempis menandakan adanya nafas dalam tubuhmu. Mulutmu itu seraya bergumam, kalau kamu masih ingin tertidur dalam balutan selimut ayu. Aromamu, iya aromamu itu mengalir lembut dalam lubang hidungku. Membuat hati ini berteriak seakan ingin memelukmu lebih lama lagi. Ooohh, ternyata tidak bisa untuk pagi ini. Jarum jam dinding itu bergeraj seperti pasukan yang bergegas ke medan perang. Terasa sangat terasa cepat seperti kilat itu tidak ada apa-apanya. Segera ku basuh seluruh jiwa ragaku dengan dinginnya air yang membeku. Aku harus bergegas mengejar impian untuk melihatmu lagi ketika senja nanti. Aku harus memberi kecupan itu untuk pagimu dan nanti ketika lampu-lampu kota kembali menyala. Aku harus menyobek kertas burung bangau itu untuk aku dapat menjadikannya kenyataan bertemu kamu. Pagi itu, tatkala sinar rembulan sudah semakin hilang, bergantilah dengan mata indahmu yang kutatap semalaman ini. Halusnya rambutmu sehingga sisirpun tak mampu meraihmu. Hidungmu sederhana dan hanya mengambil sedikit dari 02 yang jauh lebih banyak kuambil dari alam ini. Anakku, tubuh kecil mungilmu itu yang membuat asaku semakin besar. Kucumbu kau dengan kasih sayang yang dalam, kurengkuh kau dengan semangat cinta. Anakku maafkan bunda, ku curi pagimu ini dengan senyuman saja. Pelukan itu belum sempat terdampar, karena saat ibu pergi engkau masih nyaman dalam peraduanmu. Sampai bertemu ditatapan sinar rembulan lagi ya nak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HKu curi pagimu dengan senyuman, agar engkau selalu berteriak untuk memanggilku Bunda [caption id="attachment_284632" align="alignnone" width="517" caption="Dyandra Putriasa Ardhani"][/caption]