Mohon tunggu...
Aria Yudhistira
Aria Yudhistira Mohon Tunggu... -

Praktisi Kedokteran Forensik Dan Medikolegal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aksi Solidaritas Bagi Kapt.dr. Ahmad Arief Fatoni

30 Maret 2014   22:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Miris membaca berita http://news.detik.com/read/2014/03/27/114257/2538290/10/pengeroyokan-dokter-tni-au-oleh-9-perwira-terkait-pemeriksaan-kesehatan . Lebih miris lagi karena korban adalah saudara, sahabat penulis yang sama-sama berjuang di bangku kuliah di Fakultas Kedokteran dulu. Lama tak mendengar kabarnya, alih-alih berita pengeroyokan yang dilakukan oleh rekan institusinya (bahkan muridnya) yang diterima penulis. Berita ini pun baru mencuat di media dan sosial media setelah beliau dirawat selama 2 minggu di ICU karena perdarahan di bawah selaput keras otak dan kerusakan multipel organ dalam perut dan dada. Apakah ada upaya menutup-nutupi kasus?

Siang ini setelah mengirim pesan singkat ke beliau kemarin, saya berhasil mengontak sahabat saya ini. Nada ceria penuh tawa gaya khasnya menyiram kekhawatiran saya akan kondisi pasca penganiayaan yang dialaminya. Cerita mengalir termasuk ternyata, ada penyiksaan selama sekitar 3 jam sebelum mimpi buruk korban saat kejadian berakhir. Saya tidak mau menceritakan detilnya. Tapi ceritanya mampu membuat saya bergetar menahan geram amarah bercampur sedih tak terhingga. Dia orang baik. Saya tahu betul sahabat saya ini. Dari segi mana pun, tidak ada pembenaran bagi tindak kekerasan, apalagi menyangkut suatu upaya menjalankan profesi dan tugas.

Di atas semuanya, yang terpenting adalah perbaikan kondisi sahabat saya yang sangat signifikan (mengingat kekerasan dan penyiksaan yang dialaminya, sesuai penuturannya), baik dari segi fisik maupun psikis. Puji syukur saya panjatkan setinggi-tingginya kepada Allah SWT atas kondisinya saat ini. Pengeroyokan oleh 9 orang terlatih fisik yang baik bukan perkara sepele. Keseharian saya sebagai ahli Forensik yang sering melihat dampak akhir korban kekerasan lah yang membuat saya khawatir dengan kondisinya. Syukurlah, komunikasi kami via telepon sedikit memupus rasa khawatir dan takut akan kehilangan sahabat. Terima kasih ya Allah..

Satu hal yang betul-betul saya anggap luar biasa adalah jiwa besar sahabat saya ini. Dia memaafkan para pelaku. Dia terima musibah ini sebagai konsekuensi tugasnya sebagai abdi negara. Luar biasa.

Namun, beliau berharap kasus ini tidak padam. Beliau berharap, cukup dia yang mengalami. Tidak bagi yang lain. Seperti harapan kami para saudara dan sahabatnya, kasus ini harus tetap menjalani proses yang seadil-adilnya bagi semua pihak sesuai koridor dan prosedur yang berlaku. Kami sejawatnya sadar betul, ada area yang tidak bisa kami langkahi. Tapi setidaknya, semangat keadilan tidak boleh padam hanya karena keterbatasan kami sebagai 'orang luar'. Maka aksi solidaritas menjadi harapan kami agar semangat keadilan tidak padam. Proses tetap berjalan. Keadilan dijunjung setinggi-tingginya. Kebenaran dapat ditegakkan. Azas praduga tak bersalah menjadi aura dalam upaya penegakan hukum, bagi semua pihak yang terlibat.

Rief, doamu dan doa kami adalah doa orang teraniaya. Salah satu rekan kami berkata, "Tuhan tidak tidur". Benar. Allah akan mendengar dan menurunkan azabnya bagi umatNya yang bersalah. Ada pengadilan akherat di atas pengadilan dunia. Tetap semangat sahabat, kami berpegang pada semangatmu. Semoga Allah meridhoi kita semua. Amin..

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun