Hari ini saya melakukan autopsi pada dua jenazah dengan cara kematian yang berbeda, namun memiliki status yang sama: Tak dikenal. Artinya, tidak diketahui jati diri/identitas dari kedua jenazah tersebut. Tidak ada KTP, SIM, kartu ATM, apalagi kartu kredit. Yang ada hanya tubuh yang terbujur membusuk pada jenazah pertama yang diduga tenggelam dan hancur berantakan untuk yang satu lagi yang kata pak polisi, akibat menghampiri kereta yang sedang berjalan kencang (lho?)
Penting dalam pemeriksaan Kedokteran Forensik untuk mengungkap jati diri dari jenazah karena sering proses ini menjadi pemicu terangnya suatu kasus. Adalah Identifikasi Forensik hal pertama yang harus dilakukan terhadap kedua jenazah ini yang dilanjutkan dengan jenis pemeriksaan lain sesuai indikasinya.
Prinsip utama identifikasi adalah membandingkan antara dua buah data, yakni data semasa hidup/ante mortem dan data sesudah meninggal dunia/post mortem.
Perlu diketahui bahwa terdapat 9 metode identifikasi yang dapat dilakukan pada karakter kasus seperti ini. Kesembilan metode ini adalah DNA, pemeriksaan sidik jari, pemeriksaan gigi geligi, visual, pakaian yang dikenakan, barang kepemilikan, perhiasan, pemeriksaan medis, dan metode eksklusi seperti pada kasus bencana yang memakan korban banyak. Tiga metode pertama adalah yang memiliki sensitifitas dan spesifisitas tinggi, karena probabilitas kecocokannya yang bisa mencapai 90-99%. 1% nya lagi: anda kurang beruntung.
Jadi perhatikan; pergi ke dokter gigi itu tidak hanya ketika sakit gigi yang katanya lebih sakit dari sakit hati. Ada kepentingan lain yakni membuat bukti personal tentang siapa diri kita. Nama data hasil pemeriksaan gigi lazim disebut odontogram. Bisa juga data identifikasi berupa foto gigi hasil Rontgen. Lalu menempelkan kesepuluh jari kita tidak hanya ketika membuat Surat Kelakuan Baik atau SIM di kantor polisi. Ada kegunaan lain yang jauh lebih penting dari sekedar itu. Yakni menjadikan diri kita bagian dari database data-data personal di kantor kepolisian. Yang bukan tidak mungkin semua itu 'berbicara nyaring' ketika terpaksa dilakukan proses identifikasi terhadap diri kita. *ketokmeja3kali *naudzubillah
Pelihara tahi lalat anda. Jangan main buang kecuali diduga tumor ganas. Sekedar tampak kurang cantik tak apalah. Tuhan sudah menciptakan kita sedemikian rupa, sempurna sebagai ciptaanNya. Tahi lalat dapat menjadi data positif bernilai tinggi dan berperan sebagai identitas khusus jika menempati area yang tidak lazim atau justru pada area terbuka yang gampang dilihat. Ukuran dan jumlahnya pun demikian. Bayangkan, siapa di dunia ini yang tidak akan mengenal anda, jika anda punya tahi lalat sebesar tahi kerbau dan menclok di jidat anda!
Meski hanya pergi ke warung berjarak 3 meter dari rumah, bawalah selalu dokumen diri seperti KTP, SIM, kartu ATM, dll. Takut dirampok? belanja online saja, lebih aman. Takut ditipu? cari situs belanja online yang konsumennya sudah jutaan. Jangan yang odong-odong pakai laman blog.
Bagaimana dengan DNA? masih metode yang terhebat tapi yang termahal. Mungkin tidak lazim di Indonesia, tiba-tiba pergi ke laboratorium DNA hanya untuk membuat profil DNA anda. Tapi kenapa tidak? Bagi saya, keren sekali punya sertifikat profil DNA. Menunjukan bahwa anda up to date, sangat menghargai teknologi dan ilmu pengetahuan. Boleh jika anda lewat Jalan Diponegoro Jakarta Pusat, sesekali mampir ke Eijkman Institute. Gedungnya bersebelahan dengan IGD RSUPN Cipto Mangunkusumo. Tanya saja berapa harga pemeriksaan untuk satu sampel DNA. POLRI juga punya di Cipinang Baru Jakarta Timur. Saya kurang 86 (pinjam istilah teman-teman di POLRI yang artinya 'paham') untuk harga pemeriksaannya sekarang. Intinya, anda punya data profil DNA yang sangat spesifik bernilai identifikasi tinggi karena hanya anda pemilik rangkaian double Helix DNA hasil pemeriksaannya kelak, di dunia ini. Isn't that cool?
Periksakan secara rutin kesehatan anda dan pastikan anda memiliki resume/ringkasan medis hasil pemeriksaannya yang bisa dibawa ke rumah. Simpan baik-baik dan pastikan keluarga terdekat anda tahu persis di mana anda meletakkannya.
Pahami diri anda sendiri, sebelum memahami orang lain. (wow)
Viva Forensik Indonesia!