Mohon tunggu...
Aria bagus iyana
Aria bagus iyana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Arya kamandanu, adalah nama pena dari aria nagus.lelaki kelahiran tanah ngawi ini memiliki hobi di dunia sastra sejak remaja

Arya kamandanu, adalah nama pena dari aria bagus. lelaki kelahiran tanah ngawi ini memiliki hobi di dunia sastra sejak remaja

Selanjutnya

Tutup

Diary

Untuk Wanita Bercadar Ayu

11 Juni 2021   00:29 Diperbarui: 11 Juni 2021   00:33 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Untuk wanita bercadar ayu

Oleh: aria bagus I

Renungkanlah diri Anda, masa lalu, masa kini, dan masa depan Anda. Karena pengetahuan yang paling berharga adalah pengetahuan tentang dirinya. Siapa yang berhasil mengenal sifat dirinya, maka dia berpotensi mengenal sifat Tuhannya."

(Quraish Shihab)

Aku hanya mengagumi seorang wanita, seperti biasanya! Mengapa aku di salahkan? Apa dosaku? Aku tidak merampas apapun dari orang itu? Aku tidak mengambil hak apapun dari orang lain. Bahkan tiada keberanian aku mengatakan aku mencintainya. Aku menyadari diriku, aku mengetahui kapasitasku. Aku mengenali sejauh mana rasa kakiku melangkah. 

Seperti lebah yang setiap hari mencari madu di sekuntum bunga ia akan selalu hidup dan terbang. Tapi jika lebah itu terjatuh di sebuah gelas penuh madu?

Laksana lebah yang berpindah karena sarangnya telah rusak. Ia gugur laksana daun kering berguguran, lebah yang bijak akan mencari bunga secukupnya ia tidak akan tenggelam di lautan madu. 

Katakan padaku dalih mengapa aku harus mencintaimu? Setelah semua lara dan ambisi kau tumpahkan kepadaku. Apa salahku! Hingga seenaknya kau limpahkan semua derita dunia ini? Lihatlah lebah lebah itu yang mencintai maha ratu. Ia membutuhkan perlindungan di bawah ranting atau di dalam kayu. Menghisap mawar di setiap pagi. Dengan cinta dan kelembutan. Namun bisakah lebah itu berpindah sarang berganti ratu?

Bak roda kusir yang telah menggelinding, bak panah yang sudah melesat. Ia berkarat dan lapuk, apa boleh buat, saat janji sudah terucap. Namun hati beranjak bergusar, aku telah mengarungi barang sedikit makna dalam kediaman. Aku mencari dan belum merasakan. Aku selalu tertipu atau mungkin aku menyadari? Dan pura pura tidak mengakuinya.

Sungguh mentari esok pagi akan bersinar, namun tidak dengan hatiku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun