Mohon tunggu...
Danang Ari Wibowo
Danang Ari Wibowo Mohon Tunggu... -

confident

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Suku Bunga Rendah Menarik Minat Perusahaan Swasta

22 Agustus 2012   00:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:28 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 30 Juli 2012, Unilever telah meminjam dana obligasi sebesar $1 billion dalam dua bentuk, 0,45% untuk 3 tahun dan 0,85% untuk lima tahun. Keduanya tentu saja termasuk obligasi korporat berbunga rendah. Semingu sebelumnya, IBM juga mendapatkan dana obligasi dengan tingkat bunga 1,875% untuk 10 tahun.

Tingkat bunga yang sedemikian rendahnya itu tentu tidak mudah diperoleh. Pemerintah Spanyol dan Itali, dua negara Eropa yang sedang susah payah beranjak dari krisis, tentu akan kesusahan mendapatkan dana dengan tingkat bunga serendah itu. Dalam hal mendapatkan suntikan dana, suatu perusahaan multinasional memang memiiki kelebihan-kelebihan daripada suatu negara. Salah satunya adalah kenyataan bahwa perusahaan multinasional memiliki kemampuan untuk beroperasi ke berbagai wilayah (baru) di muka bumi untuk meraih keuntungan. Pendapatan mereka tidaklah terbatas pada kegiatan ekonomi di suatu tempat. Selain itu, perusahaan multinasional juga dinilai lebih mampu dibanding negara dalam hal mengelola dana yang dimiliki sehingga tidak terjadi kekurangan dana. Pada umumnya, suatu negara sulit untuk melakukan penghematan sehingga akan mudah menemui defisit anggaran. Memang terdengar agak aneh, akan tetapi pinjaman berbunga rendah yang diperileh dua perusahaan besar tersebut hanya bagian kecil dari fenomena yang sedang terjadi.

Meskipun perusahaan dari belahan bumi manapun dapat mengakses pasar obligasi di belahan bumi yang lain, secara khusus di Eropa, akhir-akhir ini terjadi fenomena peningkatan permintaan obligasi oleh perusahaan (swasta) yang disebabkan rendahnya tingkat suku bunga obligasi untuk korporat. Beberapa tahun yang lalu, perusahaan-perusahaan Eropa lebih menyukai dana hutang dari bank daripada dari pasar obligasi. Perubahan ini menimbulkan pertanyaan di manakah peran bank sebagai lembaga intermediasi.

Perbankan menghadapi duapekerjaan. Yang pertama adalah bahwa pembuat kebijakan, termasuk Bank Sentral, senantiasa menekan bank agar memiliki neraca yang lebih aman dengan meningkatkan Rasio Kecukupan Modal akan tetapi para investor enggan untuk membeli saham bank. Oleh karenanya, bank tergoda untuk mengurangi pengucuran dana kredit pinjaman mereka sehingga perusahaan semakin sulit mendapatkan dana pinjaman dari bank. Bank-bank di Eropa merasa lebih aman untuk meminjamkan dananya kepada perusahaan besar yang telah memiliki obligasi. Yang kedua, adanya risiko bahwa kredit yang dikucurkan bank menemui kesulitan pelunasan.

Meskipun secara teori memberikan pinjaman kepada perusahaan kecil dan menengah lebih memberikeuntungan pada bank, akan tetapi hal ini ternyata tidak terjadi, setidaknya di Eropa.

***

Digubah dengan sumber utama :
“Money for Nothing” dari www.economist.com

***

Disajikan juga di lucuserumenarik.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun