Sehingga peran GPK akan lebih mudah karena sudah mengetahui kondisi anak ABK tersebut, tinggal menyiapkan media-media atau metode-metode yang tepat dengan kondisi anak tersebut. Contohnya ketika GPK faham bahwa anak yang didampinginya mempunyai ketunaan sensori maka GPK tersebut dapat membuat program yang dapat menunjang perkembangan sensori pada anak tersebut, atau ketika anak tantrum dengan suatu hal maka GPK dapat mencari solusi agar tidak tantrum.
Komunikasi
Komunikasi sangat penting dipunyai oleh seorang guru  pendamping khusus. Hal ini dikarenakan banyak sekali hal-hal yang perlu untuk dikomunikasikan terkait perkembangan anak disekolah, kegiatan selama anak di sekolah ataupun perilaku-perilaku menyimpang yang anak lakukan di sekolah. Komunikasi ini tentunya bisa dengan orang tua anak, guru wali kelas, guru mata pelajaran, terapis anak ataupun kepala sekolah.
 Sehingga tidak ada miskomunikasi antara guru GPK dengan orang tua atau dengan pihak-pihak sekolah. Biasanya kami membuat sebuah buku penghubung, dimana buku penghubung ini menceritakan tentang kegiatan-kegiatan anak di sekolah atau laporan singkat perilaku anak selama di sekolah, yang nantinya buku ini dapat disampaikan kepada orang tua anak tersebut.
 Sehingga orangtua anak dapat memantau juga perkembangan anaknya selama di sekolah. Komunikasi dengan pihak-pihak sekolah pun juga harus dilakukan, hal ini bertujuan agar guru juga dapat memahami kondisi anak tersebut dan dapat menangani anak tersebut ketika guru GPK tidak hadir di sekolah.
Berpikir cepat
Berpikir cepat merupakan hal yang harus dimiliki oleh guru GPK. Mengapa demikian ?, karena seorang guru GPK harus bisa berpikir jauh sebelum anak dampingannya bertindak. Misalnya ketika anak sedang tantrum di dalam kelas maka guru GPK harus berfikir bagaimana langkah yang harus diambil, apakah cukup ditenangkan di kelas atau harus di bawah keluar kelas. Ketika guru GPK sudah faham kondisi anak tersebut maka guru GPK akan mudah untuk berpikir cara mengatasi si anak apabila anak dampingannya berulah.Â
Pintar mengolah emosi
Mendampingi anak berkebutuhan khusus sangatlah menguras fisik dan psikis terutama ketika anak yang kita dampingi mempunyai ketunaan yang cukup berat. Untuk itu seorang guru GPK harus pintar mengatur emosinya. Jangan sampai guru GPK terbawa emosi sehingga dapat mencelakai anak dampingannya.
 Semisal ketika menangani anak ABK yang sedang tantrum tentu membuat kita emosi namun kita harus tetap tenang dan menarik nafas panjang. Ketika kita tenang maka kita dapat berpikir dengan jernih dan mencari solusi selanjutnya. Adapun ketika emosi kita benar-benar sudah dibatas akhir maka yang dapat kita lakukan adalah meminta bantuan kepada teman GPK lain atau guru lain untuk sementara mendampingi anak tersebut agar kita bisa menenangkan diri untuk sementara waktu.Â
Pantang menyerah