Mohon tunggu...
Ari GemaPurba
Ari GemaPurba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Airlangga yang memiliki hobi untuk selalu belajar dalam menghadapi tantangan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mikroplastik Dalam Bayang-Bayang Rintikan Hujan

23 Mei 2024   10:41 Diperbarui: 23 Mei 2024   10:51 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skema Degradasi Plastik Menjadi Mikroplastik (Sumber: Wei et al, 2023)

Suara rintikan – rintikan air yang berasal dari kondensasi (penguapan) laut itu terasa sangat menenangkan. Hawa dingin disambut suara katak yang bernyanyi adalah suasana hujan yang sangat cocok untuk dinikmati dengan secangkir teh hangat.  Di masa sekarang, curah hujan tiap tahun tidak dapat diprediksi. Curah hujan yang tidak dapat diprediksi ini adalah dampak dari perubahan iklim. Pemanasan global yang merupakan naiknya suhu rata – rata seluruh permukaan bumi akibat emisi gas rumah kaca adalah faktor penyebab terbesar munculnya pemanasan global. Curah hujan yang ekstrem merupakan suatu kerugian bagi kehidupan manusia (Malino et al, 2021).

Mikroplastik adalah sampah plastik yang berukuran kurang dari 5 mm dan terakumulasi pada sedimen. Mikroplastik dibedakan dari segi ukuran, bentuk, warna, dan komposisi. Berdasarkan hal tersebut, mikroplastik dibedakan menjadi mikroplastik primer dan sekunder. Mikroplastik primer adalah mikro partikel yang diproduksi untuk kebutuhan kosmetik. Di sisi lain, mikroplastik sekunder adalah hasil fragmentasi atau perubahan menjadi ukuran lebih kecil secara fisik tetapi molekulnya tetap sama berupa polimer (Azizah & Suryono, 2020).

Mikroplastik memiliki dampak buruk yang signifikan pada daerah perairan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik ditemukan di sedimen yang mengendap di pesisir. Sifat mikroplastik yang mampu menyerap senyawa hidrofobik yang beracun dari lingkungan dapat berdampak buruk pada kondisi biota yang mengonsumsi mikroplastik yang terakumulasi pada sedimen di perairan. Bahkan, sedimen di perairan Singapura mengandung mikroplastik sebesar 1.282 partikel/kg (Nur dan Obbard, 2014).

Densitas dari mikroplastik memiliki hubungan dengan intensitas hujan. Mikroplastik yang terbuat dari polimer Polyethylene terephthalate (PET). Berdasarkan data, produk Polyethylene terephthalate (PET) ditemukan melimpah pada sedimen ekosistem mangrove di Pasir Putih Wonorejo pada musim hujan sebanyak 59% (Novitasari et al, 2023). Intensitas curah hujan diasumsi menentukan jumlah mikroplastik dalam perairan (Xia et al, 2020).

Hidrodinamika yang besar akan memengaruhi konsentrasi mikroplastik pada sedimen di perairan. Plastik yang berukuran besar akan terdegradasi menjadi mikroplastik. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan erosi tanah marak terjadi, sehingga semakin banyak mikroplastik yang mengalir ke perairan. Selain itu, air hujan memainkan peran sebagai media transportasi atau pengaliran mikroplastik yang sebagian besar berakhir di perairan. Mikroplastik yang terkonsentrasi dalam perairan akan memberikan ketidakseimbangan dalam kehidupan ekosistem perairan, terutama pada laut. Konsentrasi mikroplastik terbesar berada di laut. Sudah banyak kasus mengenai biota laut yang mati sia - sia hanya karena memakan mikroplastik sebagai kelakuan dari manusia yang kurang memiliki kepedulian(Xia et al, 2020).

Hidrodinamika yang besar dari hujan berbanding lurus dengan kecepatan pengendapan nitrogen pada sedimen perairan, sehingga eutrofikasi (munculnya ganggang) dapat muncul dan mengganggu proses fotosintesis fitoplankton yang mendukung kehidupan organisme perairan. Melalui fakta ini, kita harus meningkatkan kepedulian kita terhadap tempat tinggal kita bersama, yakni bumi tercinta kita. Jangan sampai bumi kita seperti mars yang kita lihat sekarang. Secara harfiah, bumi adalah tempat bernanung yang sejuk dan menenangkan. Bumi adalah rumah kita dan satu - satunya, sehingga kita memegang tanggung jawab dalam memeliharanya.

Referensi:

Azizah, P., Ridlo, A., & Suryono, C. A. (2020). Mikroplastik pada Sedimen di Pantai Kartini Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Journal of marine Research, 9(3), 326-332.

Malino, C. R., Arsyad, M., & Palloan, P. (2021). Analisis Parameter Curah Hujan dan Suhu Udara di Kota Makassar Terkait Fenomena Perubahan Iklim. Jurnal Sains Dan Pendidikan Fisika (JSPF), 17(2), 139-145.

Nur, M., & J.P. Obbard. 2014. Microplastics in Singapore’s coastal mangrove ecosystems. Marine Pollution Bulletin, 79(2):278–283. DOI: 10.1016/j.marpolbul.2013.11.025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun