Mohon tunggu...
Arief Triyanto
Arief Triyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger

ayah dari dua orang anak laki2 yang bahagia.\r\nblog : https://www.arieftri.web.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Framing Media yang Semakin Meresahkan: Cerita dari Hati

7 Desember 2024   18:32 Diperbarui: 7 Desember 2024   19:18 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Distraksi Sosial Media (Sumber: Canva)

Kali ini, aku pengen ngobrolin sesuatu yang mungkin udah sering kita denger, tapi kadang kita anggap remeh. Yup, kita bakal bahas tentang framing media yang semakin meresahkan. Kenapa sih ini penting? Karena, jujur aja, kita hidup di zaman di mana informasi bisa datang dari mana saja, dan kadang kita nggak sadar kalau apa yang kita baca atau tonton itu udah dipoles sedemikian rupa. Yuk, kita mulai!

Memahami Framing Media: Apa Itu dan Mengapa Penting?

Jadi, framing media itu apa sih? Sederhananya, framing adalah cara media menyajikan informasi dengan cara tertentu yang bisa mempengaruhi cara kita memandang suatu isu. Misalnya, berita tentang protes bisa disajikan dengan fokus pada kekacauan yang terjadi, atau bisa juga ditampilkan dari sudut pandang para demonstran yang memperjuangkan hak mereka. Nah, perbedaan ini bisa bikin kita punya pandangan yang berbeda tentang hal yang sama.

Kita semua tahu, media itu punya kekuatan yang luar biasa. Mereka bisa bikin kita marah, sedih, atau bahkan bahagia hanya dengan cara mereka menyajikan berita. Tapi, di balik semua itu, ada agenda yang mungkin nggak kita sadari. Dan di sinilah letak masalahnya. Ketika media mulai memanipulasi informasi, kita sebagai konsumen informasi harus lebih kritis dan peka.

Mengapa Framing Media Menjadi Masalah Besar?

Sekarang, mari kita bahas kenapa framing media ini bisa jadi masalah besar. Pertama, kita hidup di era digital di mana informasi beredar dengan sangat cepat. Dalam hitungan detik, berita bisa viral dan menyebar ke seluruh dunia. Tapi, apakah kita pernah berpikir, siapa yang mengontrol informasi ini? Siapa yang menentukan apa yang layak kita ketahui dan apa yang tidak?

Contohnya, saat ada berita tentang bencana alam, media seringkali lebih fokus pada angka korban dan kerusakan, tanpa memberikan konteks yang lebih dalam tentang penyebab dan dampak jangka panjang. Ini bisa bikin kita merasa kasihan, tapi juga bisa bikin kita lupa untuk berpikir kritis tentang apa yang sebenarnya terjadi. Apakah kita hanya jadi penonton yang terbuai emosi, atau kita bisa jadi agen perubahan yang lebih peka terhadap isu-isu sosial?

Langkah-Langkah untuk Mengatasi Framing Media

Nah, solusinya apa? Pertama, kita harus belajar untuk lebih kritis dalam mengonsumsi informasi. Jangan langsung percaya dengan apa yang kita baca atau tonton. Coba deh, cari sumber lain yang bisa memberikan perspektif berbeda. Misalnya, kalau kamu baca berita tentang suatu peristiwa, coba cari tahu bagaimana media lain melaporkannya. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih utuh.

Kedua, penting banget untuk mendidik diri sendiri tentang literasi media. Ini bukan cuma tentang bisa membaca berita, tapi juga memahami bagaimana berita itu dibuat dan disajikan. Kita harus bisa membedakan antara fakta dan opini, serta mengenali bias yang mungkin ada dalam berita. Dengan cara ini, kita bisa jadi konsumen informasi yang lebih cerdas.

Dampak Negatif dari Framing Media yang Meresahkan

Dampak dari framing media yang meresahkan ini bisa sangat besar. Ketika kita tidak kritis, kita bisa terjebak dalam narasi yang salah dan bahkan berkontribusi pada penyebaran informasi yang menyesatkan. Ini bisa memicu konflik, kebencian, dan bahkan kekerasan. Kita semua pasti ingat kasus-kasus di mana berita palsu atau framing yang salah menyebabkan kerusuhan, kan?

Bayangkan kalau kita semua bisa lebih peka dan kritis terhadap informasi yang kita terima. Kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih sadar, lebih toleran, dan lebih peduli terhadap isu-isu sosial. Kita bisa jadi agen perubahan yang positif, bukan hanya jadi penonton yang pasif.

Kesimpulan: Menjadi Konsumen Informasi yang Cerdas

Jadi, sobat, framing media itu bukan hal sepele. Kita harus lebih peka dan kritis dalam mengonsumsi informasi. Jangan sampai kita jadi korban dari framing yang meresahkan. Mari kita jadi generasi yang cerdas, yang bisa memilah informasi dengan bijak. Ingat, informasi itu kekuatan, dan kita harus menggunakannya dengan bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun