Di beberapa Episode kemarin film mahabarata sudah memasuki babak munculnya dewi Drupadi (dropadi/Draupadi/Pancali). Drupadi adalah seorang putri dari kerajaan pancala, yang di menangkan oleh arjuna pada sebuah sayembara yang diadakan oleh raja Drupada. Tetapi pada akhirnya harus menikahi seluruh panca pandawa karena kesalahan (ketidak hati-hatian) dewi Kunti (ibu dari panca pandawa) dalam ber ucap tanpa memperhatikan lawan bicara dan tidak memikirkan dulu apa yang akan dikatakannya.
Ternyata penderitaan dewi Drupadi ini tidak berasal semata-mata karena kesalahan dewi Kunti dalam berucap, tetapi jauh sebelumnya raja Drupada juga memberikan do’a dan pengharapan yang tidak baik pada saat memohon kelahiran Drupadi. Berbagi sumpah serapah dan do’a yang tidak baik dia keluarkan dalam prosesi kelahiran Drupadi yang dilakukan melalui ritual memohon anak dengan perantara api suci.
Penderitaan dewi Drupadi terus berlanjut sampai pada pelecehan yang dilakukan kurawa padanya, peristiwa ini bermula dari “sekenario” permainan dadu yang diadakan oleh Duryodana atas usulan pamannya Sangkuni dikarenakan rasa iri Duryodana akan kesuksesan yang dicapai oleh Yudhistira sebagai seorang raja. Permainan pun dimulai, Yudhistira yang juga menyukai permainan dadu merasa tertantang, hingga kekalahan demi kekalahan menghabiskan harta dan tahtanya, hingga pada akhir permainan dengan hasutan Duryodana, saudaranya dan juga istrinya, Drupadi yang harus menanggung hinaan sebagai salah satu taruhan di permainan dadu.
Penderitaan dewi Drupadi menjadi salah satu tragedi yang tidak bisa dilupakan oleh para pandawa, Drupadi di seret ke arena oleh Dursasana, dengan nafsunya dia berusaha untuk menanggalkan pakaian yang dikenakan Drupadi. Tetapi atas pertolongan Sri Kresna, kain sari pakaian Drupadi tidak pernah ada habis nya untuk di tanggalkan oleh Dursasana.
-==-
Lisan dan nafsu bisa menjadi belati bermata dua, atau bisa menjadi harimau yang akan menerkam anda sebagai pemiliknya. Ucapan orang tua apalagi seorang ibu bisa menjadi sesuatu yang baik atau buruk bagi anak-anaknya, do’a atau perkataan seorang ayah pun sama mujarabnya, oleh karena itu berhati-hatilah dalam berucap, jagalah lisan anda, jangan hanya menuruti emosi sesaat. Karena ucapan anda bagaikan paku yang menancap di tembok, sekali paku itu menancap, maka bila anda melepaskannya akan menimbulkan bekas.
Dalam islam pun juga diajarkan untuk menjaga lisan,
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS Al-Ahzab: 70)
Rasulullah bersabda dalam beberapa hadis,
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari hadits no. 6089 dan Al-Imam Muslim hadits no. 46 dari Abu Hurairah)
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6092)
“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6091 dan Muslim no. 6988 dari Abu Hurairah Rad. )
Dan masih banyak hadis lain yang juga menjelaskan tentang hal ini.
-==-
Selama pilpres kemarin banyak sekali janji-janji yang ditebarkan oleh para calon presiden, semoga presiden yang terpilih bisa menjadi presiden yang amanah dan juga bisa menepati lisan nya, menjaga nafsunya demi kebaikan bangsa yang dipimpinnya.
Ga’ kalah heboh juga para pendukungnya, banyak statement yang beredar di sosmed, mulai dari potong “anu”, bugil dan juga murtad (astaghfirullah hal adzim), Inilah akibat dari tidak menjaga lisan dan juga nafsu. semoga Allah memberikan ampunan dan menunjukkan jalan yang lurus bagi rekan-rekan semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H