Setiap suatu organisasi pasti ingin proses rekrutmen, proses kenaikan suatu jenjang karier yang dilaksanakan berjalan dengan efektif dan efisien, serta menghasilkan individu yang mampu mengisi kekosongan posisi pada suatu organisasi. Hanya saja apakah suatu organisasi sudah membuat suatu proses seleksi yang mengutamakan proses yang berkualitas, profesional, terukur dan jauh dari praktik KKN?
Pada institusi pemerintah maupun swasta sering sekali proses seleksi tes rekrutmen maupun seleksi jenjang karier dilaksanakan dengan paper based atau tes berbasis kertas bahkan ada yang tanpa melalui tahap tes dimana pemilihan didasarkan pada kedekatan emosional maupun kekerabatan. Proses tes dengan berbasis kertas sebetulnya memiliki kelebihan maupun kekurangan.Â
Kelebihannya adalah proses tes dapat dilakukan dengan murah, cepat dan dapat dilaksanakan dengan jumlah peserta yang banyak. Tetapi sadarkah kita kekurangan dengan berbasis kertas adalah dapat dimanipulasi hasilnya dan jawabannya, sehingga tes yang dilaksanakan tidak menggambarkan kondisi masing-masing peserta.Â
Selain itu masa berakhir tes dengan pengumuman hasilnya memiliki rentang waktu yang cukup lama. Jenis tes dapat disesuaikan dengan kebutuhan suatu organisasi, misalnya tes kemampuan dasar, tes psikologi, tes kejujuran, dan tes untuk mengukur tingkat integensia peserta.
Pada beberapa institusi Pemerintah Pusat maupun Daerah mulai tahun 2015 telah menerapkan pola tes dengan basis komputerisasi atau yang lebih dikenal dengan CAT (Computer Assigment Test). Dengan pola CAT, proses tes dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat, akurat serta jauh dari praktek KKN. Hasil tes dengan basis komputerisasi dapat diketahui dalam waktu yang relatif singkat, sehingga setelah peserta menyelesaikan soalnya output nilai terpublikasi, peserta dapat langsung melihat ranking dan apakah dirinya telah melewati nilai ambang batas yang telah ditetapkan oleh panitia seleksi. Â
Pola seleksi terkomputerisasi memberikan motivasi bagi semua orang untuk bersaing secara sehat. Tidak sedikit hasil tes yang telah dipublikasikan oleh panitia seleksi diprotes keras oleh peserta seleksi yang merasa telah mampu menjawab hasil tes dengan benar. Bahkan banyak yang kecewa dengan hasil yang telah dipublikasikan. Apa yang salah? KKN dan tidak transaparan mungkin hal yang paling pertama dilontarkan oleh para peserta seleksi yang dianggap gagal dalam tes.
Pola seleksi berbasis komputerisasi mungkin telah diterapkan oleh beberapa perusahaan swasta maupun  BUMN, hanya saja ada institusi yang belum menerapkan pola terkomputerisasi.Â
Pola terkomputerisasi memberikan angin segar bagi para peserta seleksi yang mengingkan adanya pola seleksi yang adil, jujur dan bebas dari praktik KKN. Tidak hanya itu, proses seleksi dengan tujuan kenaikan jabatan di rasa penting untuk menerapkan pola seleksi terkomputerisasi. Misalnya lelang jabatan terbuka Eselon IV, III, II, dan I di Institusi pemerintahan, ataupun seleksi promosi jabatan favorit di suatu perusahaan/BUMN, misalnya Kepala Divisi dan Direksi.Â
Pola penjenjangan karier di pemerintahan sebetulnya telah berdasarkan angka kepangkatan, namun untuk menduduki jabatan struktural tertentu terkadang ada yang dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kekerabatan. Â Menjadi perhatian kita adalah manakah yang lebih baik? Proses seleksi dengan terkomputerisasi ataukan dengan berbasis kertas atau paper based.
Means Justify the Ends, cara menjustifikasi akhir/tujuan. Itulah teori yang tepat untuk menggambarkan bagaimana suatu institusi memperoleh individu yang kompeten, berprilaku baik dan profesional dengan proses seleksi yang profesional pula. Divisi HRD, Divisi SDM, Dinas yang menangani proses seleksi rekrutmen dan seleksi jenjang karir harus mengkaji lebih dalam pentingnya proses seleksi dengan sistem terkomputerisasi.Â
Tidak cukup sampai sampai disitu, Divisi SDM harus menggandeng tim pembuat soal yang profesional baik itu kalangan akademisi, praktisi maupun psikolog agar soal yang dihasilkan berkualitas. Sistem terkomputerisasi mempersempit ruang bagi individu-individu yang sering melakukan kecurangan dan memanipulasi hasil tes. Dengan menghasilkan individu yang handal, profesional dan kredibel akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan suatu organisasi dan institusi. Â Â