Mohon tunggu...
Ari Purwohandoyo
Ari Purwohandoyo Mohon Tunggu... -

Berkacamata dan berjenggot

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ibu Pertiwi Tersedu

22 Juni 2014   01:43 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:52 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagu ini menginspirasi saya, jangan sampai Ibu Pertiwi juga menangis di dunia pelayanan kesehatan. Namun kalau melihat gejala dan tandanya (meminjam istilah dunia kedokteran), bahwa fenomena ke arah itu sudah ada. Tampak jelas di mata kita, bagaimana kita sering bekerja sendiri-sendiri, terkotak-kotak, ego sektoral, mengedepankan diri dan departemennya bila ada prestasi, akan tetapi walau sering kita kampenyakan program "patient safety", yang terlihat adalah aktifitas saling menyalahkan dan mencari siapa yang salah bila terjadi kesalahan dalam memberikan pelayanan, padahal salah satu yang diperangi dalam program patient safetyadalah budaya saling menyalahkan (no blaming culture). Aneh bukan?, Ibu Pertiwi pun menitikkan air matanya.

Bekerja dalam suatu pelayanan kesehatan mau tidak mau melibatkan kita dalam suatu sistem, makanya disebut "Sistem Pelayanan Kesehatan". Menurut Peter Senge sebuah sistem adalah sesuatu yang memelihara keberadaannya dan berfungsi sebagai sebuah kesatuan melaluiinteraksi antar bagiannya. Marcus Aurelius pun mengatakan bahwa kita dilahirkan untuk bekerja sama, sebagaimana kedua kaki kita, sepasang tangan kita, kelopak mata kita, dan rahang atas serta rahang bawah kita. Orang saling memerlukan satu sama lain untuk melengkapi yang tidak dimiliki orang lain. Artinya kita berkarya sebagai sebagai suatu tim dalam pelayanan kesehatan, dimana kita adalah kumpulan individu yang mempunyai keahlian spesifik bekerja sama dan berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama karena adanya kesamaan visi, tujuan, perilaku dan gaya hidup. Yang dalam tim tersebut harus tumbuh semangat komitmen bersama, saling percaya, dan saling menghormati.

Prestasi dan kesalahan yang ada merupakan hasil dari sistem, sebagai contoh dalam operasi pemisahan bayi kembar siam, bukan merupakan hasil dari kehebatan dokternya semata, tapi dari hasil kerja tim. Dimulai dari dibentuknya tim dokter yang akan menangani pasien sebelum, selama, dan setelah operasi. Tim perawat yang mengobservasi dan membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tim teknis yang memastikan peralatan yang dibutuhkan tetap bekerja serta pasokan listrik dan gas medis sesuai yang dibutuhkan. Sanitarian yang memastikan ruangan layak digunakan, ahli K3 yang memastikan pekerjaan aman dilakukan, ahli gizi yang menjamin pasokan nutrisi, ahli farmasi yang menjamin suply therapi. Bahkan Bagian Keuangan berperan menjamin alokasi anggaran untuk kegiatan tersebut aman serta Bagian SDM yang membuat dan memastikan SDM yang bekerja sesuai kompetensi dan kualifikasinya.

Contoh lain, apabila terjadi peningkatan kejadian Infeksi Nosokomial, bukan semata kesalahan Perawat dalam merawat, dan atau terjadi karena kuman resistensi dampak pemberian Antibiotik yang tidak rasional, dan atau ahli farmasi tidak berani mengingatkan dokter karena kondisi tersebut, dan atau karena lingkungan pasien yang tidak bersih, dan atau ahli K3 dan tim INOK (Infeksi Nosokomial) yang jarang memonitor penggunaan Alat Pelindung Diri, dan atau Bagian Teknik yang membiarkan plafon berlobang, dan atau Bagian Keuangan yang tidak menganggap prioritas anggaran memperbaiki fasilitas pasien, dan atau Bagian SDM yang tidak menganggap penting program pelatihan perawatan pasien berisiko, dan atau sebab lain yang secara sistematis juga harus dicarikan jalan keluarnya daripada lebih sibuk mencari siapa yang salah.

Kondisi terkini yang yang bersamaan dengan tahun politik, dimulailah program universal coverage atau yang di Indonesia dikenal dengan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) didalam rangka membangun sistem kesehatan yang bermutu, adil, dan memberikan perlindungan terhadap risiko finansial terhadap seluruh masyarakat Indonesia. Di usianya yang masih belum enam bulan namun ditunggu-tunggu oleh masyarakat yang membutuhkannya, banyak kritik dan keluhan disampaikan kepada BPJS sebagai penyelenggara, bahkan secara terbuka di media, tetapi lebih banyak tanpa solusi, hanya ngeluh repot dan penghasilannya berkurang, walau tidak sampai penghasilannya habis (selama ini penghasilannya lebih dibanding orang lain diem-diem saja...).

Tapi kita sering lupa, kekurangan yang terjadi kalau mau introspeksi adalah mungkin kontribusi dari para peng-kritik dan pengeluh tersebut, karena negara ini adalah sistem dimana kita ada di dalamnya. Nabi Muhammad Shololloohu Alaihi WasSallam mengajarkan kepada kita, apabila pemimpin atau pemegang kebijakan ada kesalahan, datangi dan nasehati dia, bisa lisan maupun bentuk surat dengan memberi solusi, kalau tidak mampu memberi solusi, tidak boleh diumbar kalau pemimpin atau pemegang kebijakan kita salah, diam lebih utama, artinya menjaga silaturahmi adalah nomor satu, karena yang kita ketahui mungkin cuma sedikit, mungkin berasal dari sumber yang salah dan kita tidak tahu betapa kompleknya mereka memikul tanggungjawab yang sebelah kakinya bisa memasukkannya ke neraka.

Untuk itu, mari kita selalu berkontribusi positif untuk Indonesia khususnya sistem pelayanan kesehatan dimana kita berada di dalamnya, bersatu mengatasi permasalahan pelayanan kesehatan, rejeki tidak akan pernah salah alamat kok, jangan buat ibu pertiwi menangis lagi, seperti bait kedua lagu Ibu Pertiwi


Kulihat ibu pertiwi

Kami datang berbakti

Lihatlah putra putrimu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun