Mohon tunggu...
Ari Purwohandoyo
Ari Purwohandoyo Mohon Tunggu... -

Berkacamata dan berjenggot

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ibu Pertiwi Tersedu

22 Juni 2014   01:43 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:52 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulihat ibu pertiwi

Sedang bersusah hati

Air matamu berlinang

Mas intanmu terkenang

Hutan gunung sawah lautan

Simpanan kekayaan

Kini ibu sedang susah

Merintih dan berdoa


Ini adalah bait pertama salah satu lagu nasional, yang sering jadi favorit teman-teman saya (termasuk saya) saat SD dan SMP dulu bila ada tugas menyanyi di depan kelas. Bukan karena kita mengetahui maknanya, tapi karena pendeknya bait lagu ini, menjadikan tidak perlu berlama-lama berdiri di depan kelas, yang pada jaman itu berdiri di depan kelas bisa membuat gemetaran dan berpeluh (ketahuan deh umurnya). Namun anak-anak sekarang, yang terlahir di tahun 90-an hingga kini, banyak yang tidak familier dengan lagu ini, karena kalah dengan lagu-lagu populer terkini yang lebih banyak mengagungkan "cinta". Lagu ini hanya sering diperdengarkan di acara-acara tertentu, yang mungkin anak-anak kita akan bertanya, "lagu apa sih itu ?", "siapa yang nyiptain (menciptakan), grup band apa (cape deh) ?".

Di usia ini, sekedar juga mencoba memaknai lagu ini dengan pemahaman sederhana saya, juga sebagai bahan informasi untuk yang belum tahu. Lagu ini seringkali ditulis oleh Ismail Marzuki, Komposer besar sekaligus Pahlawan Nasional Indonesia Ismail Marzuki, sebenarnya ditulis oleh komposer yang tidak dikenal sekitar tahun 1950-an hingga 1960-an (wikipedia). Saya kurang mengerti ada peristiwa apa saat itu yang menginspirasi komposer tersebut menulis lagu ini, tapi sepertinya penulis menggambarkan dengan kondisi politik saat itu dan sumber daya alam yang kaya, sejak saat itu negara ini justru menangis mungkin diantaranya dikarenakan banyaknya perpecahan dan eksplorasi besar-besaran terhadap kekayaan alam untuk kepentingan segelintir orang. Setelah lepas dari penjajahan, justru masyarakatnya sendiri lebih menonjolkan perbedaan, berpecah belah demi syahwat politiknya, dan bekerja sendiri-sendiri untuk menunjukkan saya yang terbaik dan bukan salah saya kalau terjadi suatu kesalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun