Latar Belakang
Era kecerdasan buatan (AI) membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan tinggi. Generasi Z, yang dikenal sebagai “digital natives”, tumbuh di tengah perkembangan pesat teknologi. Kehadiran kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT, Gemini AI, dan Perplexity telah menjadi alat sehari-hari yang mereka manfaatkan, termasuk dalam persiapan Ujian Akhir Semester (UAS). Namun, muncul pertanyaan penting: Apakah pengunaan AI ini membantu atau malah merugikan integritas akademik?.
Bagaimana AI Membantu Mahasiswa Gen Z
AI telah mengubah cara mahasiswa mempersiapkan UAS. Dengan teknologi ini, mereka dapat:
- Mengakses materi lebih cepat: ChatGPT digunakan untuk meringkas buku teks atau artikel ilmiah. Hal ini membantu mahasiswa memahami inti materi dalam waktu singkat.
- Belajar lebih efektif: Aplikasi seperti Quizlet dan Duolingo berbasis AI memungkinkan mahasiswa membuat flashcards dan melakukan simulasi soal.
- Membuat PPT lebih cepat: Aplikasi seperti Canva dan website seperti Gamma memungkinkan mahasiswa mampu membuat PPT hanya beberapa menit.
- Memperbaiki tulisan: Paraphraser.io, Quillbot, dan Grammarly mampu memperbaiki tata Bahasa dan meningkatkan kualitas esai atau makalah mahasiswa.
- Menyelesaikan soal atau latihan akademik: Wolfram Alpha dan Photomath mampu membantu memecahkan soal matematika dan masalah sains dengan langkah-langkah yang terperinci.
- Meningkatkan keterampilan analisis data: Tableau Public dan Jupyter Notebook membantu memproses dan menganalisis data dengan efisien.
- Meningkatkan produktivitas belajar: Notion AI dan Quizlet mendukung pembelajaran dan merencanakan tugas lebih terorganisir.
AI juga mampu memberikan prediksi hasil akademik dan merekomendasikan langkah-langkah untuk meningkatkan performa mahasiswa, serta membuat pembelajaran menjadi lebih efisien.
Apakah AI Merusak Integritas Akademik?
Meskipun AI memberikan manfaat besar, tantangan etika muncul. Beberapa mahasiswa menggunakan AI untuk menghasilkan jawaban otomatis tanpa pemahaman yang mendalam. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah nilai yang mereka raih mencerminkan kompetensi sebenarnya?
Ketergantungan pada AI dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Selain itu, adanya website paraphrase otomatis seperti Paraphraser.io dapat mempermudah plagiarisme terselubung yang sulit dideteksi alat deteksi plagiarisme.
Banyak mahasiswa Gen Z memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) saat mengerjakan Ujian Tengah Semester (UTS) maupun Ujian Akhir Semester (UAS). Hal ini disebabkan oleh sistem ujian yang diterapkan oleh pihak kampus, di mana mahasiswa diminta mengerjakan ujian melalui platform daring, seperti website kampus atau modul digital. Kondisi ini memberikan peluang besar bagi mahasiswa untuk menggunakan perangkat seperti ponsel atau laptop selama ujian, yang memungkinkan mereka mengakses website atau aplikasi berbasis AI dengan mudah.
Langkah Kampus dalam Menghadapi Fenomena Ini
Beberapa universitas, terutama di luar negeri, mulai mengadopsi kebijakan baru untuk mengatasi fenomena ini:
- Penggunaan Alat Deteksi AI: Kampus menggunakan perangkat seperti Turnitin AI dan Copyleaks untuk mendeteksi karya yang dihasilkan AI.
- Penguatan Kebijakan Etika: Universitas menyusun panduan baru yang mengatur batasan penggunaan AI selama UTS dan UAS serta tugas.
- Meningkatkan Keterlibatan Dosen: Dosen dituntut untuk lebih aktif mengawasi proses pembelajaran dan mengembangkan evaluasi berbasis pemahaman konsep, bukan sekadar hasil akhir.