Mohon tunggu...
Arham M. Azhari
Arham M. Azhari Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Sudah melakukan apa?

Sugih tanpa Banda, Digdaya tanpa Aji, Ngluruk tanpa Bala, Menang tanpa Ngasorake

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Keresahanmu di Bidang Pendidikan untuk Indonesia?

9 Desember 2019   14:02 Diperbarui: 9 Desember 2019   14:33 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan ternyata masih mempunyai pesona. Walaupun pendidikan adalah sebuah paradoks kehidupan dimana semua orang dapat saling menyalahkan kepada siapan kecerdasan anaknya bisa dipertanggungjawabkan. Pendidikan merupakan bahasan klasik dan usang yang sejak masa penjajahan dibahas kesana kemari hingga saat ini. Pendidikan hari sedag naik daun karena pucuk pimpinan negeri memberi mandat kepada pemuda belum sampai kepala lima namun cukup memberi asa bagi bangsa yang kita cinta.

Banyak yang berpendapat bahwa pendidikan merupakan dasar atau modal bagi sebuah negara apabila negara tersebut ingin maju. Romo Mangun Wijaya mengatakan bahwa pendidikan adalah proses awal usaha untuk menumbuhkan kesadaran sosial pada setiap manusia sebagai pelaku sejarah. 

Hal ini tentu senada dengan teori yang dikemukakan oleh Becker bahwa investasi di bidang pendidikan mengarah pada pembentukan modal manusia, yang merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi. Tentu pertumbuhan ekonomi sangat berkerabat dengan kemajuan seuah negara.

Pendidikan berhubungan dengan kemajuan negara? Pendidikan berhubungan dengan ekonomi? Memangnya tujuan pendidikan buat ekonomi? Memangnya tujuan pendidikan buat negara?

Menurut Andrew Chrucky, tujuan dari pendidikan adalah mencetak manusia yang  memiliki kemampuan dan kemauan untuk mencoba meraih persetujuan dengan hal-hal yang berkaitan dengan fakta, teori, dan tindakan melalui diskusi rasional. Setujukah? Tentu sebagai orang Indonesia kita cukup familiar dengan cita-cita bangsa ini pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 yang berbunyi "... mencerdaskan kehidupan bangsa". Apakah kita sudah dicerdaskan oleh bangsa ini?

Bapak pendidikan Nasional Indonesia pernah berpesan "berilah kemerdekaan kepada anak-anak kita: bukan kemerdekaan yang leluasa, tetapi yang terbatas oleh tuntutan tuntutan kodrat alam yang nyata dan menuju ke arah kebudayaan, yaitu keluhuran dan kehalusan hidup manusia. Agar kebudayaan itu dapat menyelamatkan dan membahagiakan hidup dan penghidupan diri dan masyarakat, maka perlulah dipakai dasar kebangsaan, tetapi jangan sekali-kali dasar ini melanggar atau bertentangan dengan dasar yang lebih luas, yaitu dasar kemanusiaan."

Adakah yang belum mengenal Bapak Pendidikan Nasional Indonesia? Beliau dengan segala keterbatasannya membuat geger negeri Belanda pada usia 24 tahun. Suwardi Suryaningrat membuat tulisan yang menjadikannya buah bibir pemerintah Belanda dengan tulisannya yang berjudul "Als ik een Nederlander was" atau "Seandainya Aku Seorang Belanda" yang dimuat dalam surat kabar De Express. 

Singkat cerita, Suwardi Suryaningrat resah, gusar, gundah gulana, galau melihat pendidikan yang diterima masyrakat pribumi waktu itu. Saat itu biasa disebut pendidikan kolonial. Keresahan beliau terhadap sistem pendidikan kolonial yang bersifat meterialistik, individualistik, dan intelektualistik. 

Berawal dari keresahan inilah beliau bisa membangun sebuah wadah pendidikan nasional yang berdasar dengan kebudayaan negeri. Wadah itu disebut Taman Siswa. Pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan manusia yang dapat memanusiakan manusia.

Suwardi Suryaningrat mendidirikan Taman Siswa berangkat dari sebuah keresahan melihat realita sosial. Sejalan dengan apa yang dilontarkan oleh Jacques Delors cs, tujuan pendidikan adalah learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk dapat berbuat), learning to be (belajar untuk menjadi dirinya sendiri), learning to live togeter (belajar untuk hidup bersama orang lain). Tentu kita bisa tau apa yang seharusnya kita perbuat setelah mengetahui realita di masyarakat dan seetlah tinggal bersama masyarakat atau minimal mengamati masyarakat.

Amatilah keluargamu, lingkunganmu, masyarakat, komunitasmu, oraganisasimu, sekolahmu, dan dirimu sendiri. Jika dihitung sejak TK hingga SMA, idealnya anda sudah berkecimpung di dunia pendidikan formal sebagai peserta selama 14 tahun. Ditambah beberapa pendidikan di luar sekolah. Karena Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa setiap orang adalah guru, setiap waktu adalah belajar dan alam raya adalah sekolahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun