Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi, salah satu imam mazhab, justru menemukan passion-nya menjadi imam besar di saat usianya sudah menginjak 40 tahun. Sebelum itu ia hanyalah penuntut ilmu biasa.
Bahkan ada yang menemukan passionnya menjadi vokalis justru setelah dua periode duduk di kursi presiden, ada juga yang sebenarnya passionnya adalah fotografer tapi malah nyasar jadi ibu negara. Di daerah saya ada bupati yang passionnya jadi broker tambang, di televisi malah ada tukang sulap yang merasa cocok jadi ustad.
Jadi intinya sebenarnya pengendalian diri. *hloh?*
Maksud saya, diri dan masa depan kita ya hanya kita yang bisa mengendalikan. Membiarkan hidup mengalir tanpa perencanaan-perencanaan itu juga gak bagus buat dipertahankan. Saya sendiri yakin gak akan selamanya dengan pekerjaan yang sekarang. Saya masih nyari-nyari apa passion gw sebenarnya. Saking seriusnya mencari passion, saya sampe bela-belain ikut passion show di atas catwalk. Eeh sorry, itu fashion yak?
Pernah beberapa kali saya mikir untuk resign hanya karena jenuh, stagnan, dan merasa kurangnya penghargaan, tapi akhirnya saya gak menemukan kesempatan dan alasan yang lebih tepat untuk membenarkan. Saya kembali mikir bahwa ini mungkin hanyalah mood yang berfluktuasi. Toh kalo bisa nyari sampingan sambil tetap bertahan jadi karyawan, kenapa nggak? Lagian Robert Kiyosaki bukan nabi yang mesti didenger nasehatnya "jangan mau lama-lama jadi karyawan".
Yang penting sekarang mulai kencangkan ikat pinggang, hentikan ongkang-ongkang. Gak ada kata terlambat untuk merevisi masa depan. Film aja pake story board, masa kita nggak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H