Berita viral identik dengan social media, berita itu tak bisa dihentikan. Ngak salah kalau pertumbuhannya sulit dicegah dan hampir tak mungkin di tracking, namun implementasinya bisa kita rasakan. Contoh nyata terjadi selasa kemarin, (4/05). Salah satu pilihan presiden sby, menteri sosial RI Salim Assegaf Aljufri tertangkap salah satu pengguna twitter menerobos jalur busway di daerah warung buncit.
Speak Tweet Loudly
Mungkin Pak menteri belum menyadari perkembangan media social sehingga boleh dikatakan cuek dengan kemauan rakyat. Hanya karna sebuah tweet, dalam waktu singkat perilakunya yang ceroboh menerobos jalur busway itu beredar liar ke segala arah lengkap dengan fotonya. Beruntung setelah dikonfirmasi, pak menteri Salim Assegaf yang berplat mobil RI 32 itu tidak membantah. Ia memang masuk jalur busway, alasanya "menerobos jalur busway itu karena terburu-buru untuk menghadiri rapat di Istana Kepresidenan, sehingga terpaksa masuk busway". Namun apa boleh buat, timeline twitter sepanjang siang itu terlanjur diisi dengan perbincangan seputar perilaku menyimpang pak menteri yang berasal dari pks itu. Dari kasus mobil RI 32 menerobos busway, ini berarti kebutuhan setiap individu akan online reputation management(ORM) semakin penting. Ngak mungkin kan, kalau kita terus menerus mengandalkan pencemaran nama baik!?
Shifting Behavior
Kebiasaan online dan banyak hidup di media social rupanya juga membawa efek positive. Bukan saja berani mengungkapkan opini dan pendapatnya, namun juga ada spirit kesamaan posisi. Apapun jabatannya, posisinya, sepanjang apapun gelar di belakang namanya, bahkan sekuat apapun personal brandingnya media sosial mengusung kesetaraan mutlak. Yes, right here we are totally equal. @ifahmi Bukan hormat gak hormat, tapi semua setara di sini. Mau presiden, mentri, seleb, brand, orang biasa, semuanya megang toa Beberapa komentar lain yang juga mengudara dari orang orang itu:
Peran Social Media
Berkaca pada kasus ini, media social sungguh dahsyat. Noda noda yang biasanya bisa diabaikan, tidak bisa begitu saja tertelan kalau issue sudah masuk ranah sosial. Dalam hal ini twitter sangat dahsyat. siapapun orangnya, tak ada yang mampu mengontrol suara suara publik. Ini berarti peranan aktivasi social media wajib dieksekusi secara serius, khusunya bagi mereka mereka merasa perilakunya terpantau terus menerus. Tentu kalau tidak mau menjadi bulan-bulanan seperti pak menteri pagi itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H