Mohon tunggu...
argyanti sangging
argyanti sangging Mohon Tunggu... Sekretaris - Mahasiswa

Kepribadian saya suka menjelajahi hal baru

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Meninjau Karma Phala Tattwa Sebagai Ajaran Panca Sradha Dalam Perspektif Hindu

23 November 2022   13:38 Diperbarui: 23 November 2022   13:53 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Agama Hindu dalam menuntun umatnya memilki berbagai macam ajaran, salah satu nya yaitu panca sradha, yang dapat diatikan sebagai lima dasar keyakinan umat hindu yang selalu menjiwai perilaku sehari-hari sebagai cerminan manusia beragama.

Panca Sradha terdiri atas :
-Percaya dengan adanya Tuhan (Widhi Tattwa)
-Percaya dengan adanya atma (Atman Tattwa)
-Percaya dengan adanya karmaphala (Karmaphala Tattwa)
-Percaya dengan adanya punarbhawa atau reinkarnasi (Samsara Tattwa)
-Percaya dengan adanya moksa (Moksa Tattwa)

Karmaphala merupakan buah perbuatan. Ibaratnya seperti menanam biji beras maka hasil yang didapatkan adalah beras bukan emas.

Terdapat 3 macam karmaphala dalam ajaran agama hindu :
-Sancita karmaphala : perbuatan terdahulu yang hasilnya diterima sekarang
-Prarabda karmaphala : perbuatan sekarang hasilnya diterima sekarang
-Kriyamana karmaphala : perbuatan sekarang hasilnya diterima di masa depan

Segala hasil perbuatan akan selalu meninggalkan bekas yang dikenal dengan karmawasana, ini ada pada Atman, melekat pada Atman dan mewarnai Atman, bekas ini berpengaruh pada kehidupan yang akan datang. Jadi hal yang dapat kita sadari keberadaanya sekarang adalah segala kebaikan maupun keburukan dalam kehidupan sekarang merupakan karmaphala dari atma yang ada di tubuh dikehidupan yang lalu.

Sumber ajaran : 
Apan ikang dadi wwang, uttama
juga ya, nimittaning mangkana,
wnang ya tumulung awaknya
sangkeng sangsra, makasdhanang
ubhakarma, hinganing kottamaning
dadi wwang ika.
(Srasamuccaya, 4)

Terjemahan :
Menjelma menjadi manusia itu adalah
sungguh-sungguh utama sebabnya karena
ia dapat menolong dirinya dari keadaan
sengsara (lahir dan mati berulang-ulang)
dengan jalan berbuat baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun