Mohon tunggu...
Argya Dharma Maheswara
Argya Dharma Maheswara Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta

Manusia yang hidup di segala musim, gemar berkelana, menyukai hal-hal unik untuk dipotret lalu ditulis sebagai sebuah karya yang bisa dibagikan untuk dirasakan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Music

Jason Ranti: Gipsi, Bebas sampai Nostalgia

21 Desember 2021   10:15 Diperbarui: 21 Desember 2021   10:23 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengusung genre folk dalam setiap karyanya dan nyaris tak pernah lepas dari kata kasar dan berbagai umpatan dalam setiap ceplosannya. Ialah Jason Ranti atau yang kerap disapa "Jeje", belakangan ia hadir sebagai musikus berjiwa bebas yang mewarnai dunia permusikan Indonesia.

Berjiwa bebas baginya adalah jalan untuk dirinya sendiri untuk menjadi manusia yang natural. Konsep bebas bagi Jason Ranti juga diibaratkan sebagai manusia yang tidak mau diatur tapi juga tidak mau mengatur, dimana konsep ini merupakan titik awal dari setiap penciptaan karyanya.

Dalam beberapa kesempatan Jason Ranti juga mengaku bahwa dirinya adalah seorang Gipsi, apa itu Gipsi? Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Gipsi sendiri berarti sebagai kelompok pengembara ras Asia di Eropa yang tidak ingin mempunyai rumah dan tempat tinggal yang tetap.

Alasan Jason Ranti mengambil kata Gipsi untuk menggambarkan dirinya sendiri juga tak lepas dari konsep bebas yang ia jalani. Ia seringkali mengartikan hidup sebagai sebuah perjalanan dimana tugas nya hanyalah berjalan, mengalir dan menikmati setiap peristiwa yang ada.

Karya-karyanya juga sangat terpaku pada perjalanan. Jason Ranti menganggap bahwa setiap perjalanan dapat melahirkan sebuah karya melalui proses fermentasi yang panjang. Itulah kunci utama dalam setiap pencapaian artistik yang diraih Jason Ranti.

Sampai Jason Ranti pernah mengatakan bahwa "Waktu terbaik menciptakan lagu adalah ketika di atas motor". Dari situ Jason Ranti bisa merasakan angin, melihat awan, melihat orang dimana setelahnya ia bisa mengubahnya sebagai suatu hal yang bernilai artistik.

Kehidupan Gipsi yang dipilih Jason Ranti jugalah yang membawanya kepada setiap perjalanan. Layaknya seorang manusia nomaden, dalam setiap tur musiknya ia juga mengaku hanya berjalan dengan "modal badan". Dimana dia tidak membawa apa-apa dan percaya akan tetap hidup dalam ketidakpastian yang nyata.

Cara hidup demikian juga membawanya menjadi seorang yang sangat senang bernostalgia, dimana ia bukan seseorang yang melakukan tujuan masa depan. Dari bernostalgia ia mendapat intuisi. Sebagai musisi tentu ini sangat berpengaruh dalam setiap lagu yang ditulisnya.

Jadi, boleh kita bilang bahwa untuk mengetahui perjalanan hidup Jason Ranti hal yang kita bisa lakukan adalah mengamati karyanya, walau dalam setiap karya ia memberi kebebasan kepada setiap orang untuk menafsirkannya. Karena setiap karyanya adalah hasil fermentasi dari nostalgia akan peristiwa dari setiap perjalanan yang ia alami.

Sebagai Gipsi juga menurutnya, konsep-konsep modern yang diimpikan layaknya gaya American Life seperti memiliki rumah besar, mobil mewah, istri cantik dengan dua anak gadis bukanlah tujuan hidupnya. Mungkin beberapa orang menganggapnya sebagai sebuah pencapaian tapi tidak untuk Jason Ranti dan beberapa orang lainnya.

Ia sangat jauh dari konsep hidup sistematis dimana seorang manusia dituntut untuk sekolah, kuliah, kerja, sukses lalu mati. Menurut Jason Ranti, itu bukanlah konsep manusia yang natural. Karena dalam hidupnya, manusia pasti memiliki jalan natural yang berbeda-beda.

Inilah sebuah jalan yang sudah dipilih olehnya. Jason Ranti memilih untuk menjadi manusia sebagaimana alam mengkonsepkannya, ia tak memiliki banyak ketakutan sebagaimana orang-orang modern takut miskin, lapar dan sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun