(Sebuah Kontemplasi Untuk Pemilik Taxi Blue Bird)
Â
Hari ini menjadi jawaban atas kerisauan saya selama 2 tahun terakhir ini. Blue Bird dari dulu menjadi pilihan tunggal kalau saya mau mempergunakan taxi. Tetapi hari ini saya menjadi galau dan bingung harus memilih taxi yang mana lagi.
Sejak 2014, saya sedikit berpaling ke beberapa taxi lain. Pengemudi taxi Blue Bird yang terkenal ramah dan santun di jalan, saya rasakan mulai berubah. Pernah saya diskusi dengan teman mengenai kondisi ini. Kemungkinan persaingan dengan perusahaan taxi lain telah membuat Blue Bird kelimpungan mencari pengemudi untuk menggantikan yang bedol desa ke perusahaan taxi lainnya. Pengemudi Taxi Blue Bird yang terkenal loyal dan fanatik terhadap perusahaannya, ternyata bisa silau juga sewaktu ada ujian hidup melihat rupiah yang lebih besar.
Memang tidak mudah menempatkan diri. Di tengah hiruk pikuk ibukota, ternyata ada kebisuan yang terpelihara lama diberbagai perusahaan, termasuk perusahaan taxi Blue Bird. Barangkali bisu dari antisipasi masa depan, bisu dari kepuasan atas kemapanan sebuah prestasi, atau bisa jadi bisu dari pongahnya sebuah urutan No.1.
Pengemudi yang baru, banyak yang tidak tahu jalan di Jakarta. Tidak seharusnya seorang sopir taxi kalah jago mengenai peta Jakarta ketimbang penumpangnya. Tapi itu mulai terjadi 2 tahun yang lalu. Belum lagi kadang-kadang saya jadi was-was di jalan, karena taxi Blue Bird yang saya tumpangi main pepet-pepetan dengan kendaraan lain, yang dulu tidak pernah saya alami. Demikian santunnya dan selalu mengalah. Menjaga citra baik nama taxi dan perusahaannya. Ahhh..sejak itu saya jadi berpikir, apakah saya masih berani melepas anak gadis saya yang masih remaja untuk naik taxi ini berdua dengan sopir taxi...? Juga saat menunggu antrian taxi di tempat umum, saya jadi mulai menoleh ke merk lain yang lalu lalang. Mencobanya...dan...saya menjadi terbiasa menggunakan bukan merk taxi favorit saya lagi. Meskipun Blue Bird masih diurutan pertama pilihan, karena rekanan kantor sering memberi saya voucher taxi untuk saya gunakan.
Pagi hari ini, hingar bingar itu terjadi lagi. Tetapi kali ini sungguh membuat saya terkejut. Kemungkinan, bukan hanya saya yang terkejut. Setengah tidak percaya saya menyaksikan bagaimana beringasnya sebagian besar pengemudi taxi Blue Bird 'menyakiti' dan 'menyiksa' sesama pengemudi taxi Blue Bird, atas nama kekompakan dan demo bersama. Tidak memikirkan penumpang yang menjadi ketakutan di dalam taxi karena taxinya dioyak-oyak dari luar. Bahkan saya menerima foto seorang pengemudi yang berdiri gagah di samping sebuah taxi sambil memamerkan pedangnya. Ahhhhh...menjadi bisu saat menyaksikan semua itu dari gadget saya. Tidak bisa berkata apa-apa lagi saat menyaksikan semua itu. Bahkan sampai tulisan ini saya buat, pengemudi taxi Blue Bird sedang lempar-lemparan batu dengan pengemudi Gojek. Benar-benar sebuah hingar bingar ibukota yang membuat banyak orang membisu dan tidak mengerti mengapa sampai hal seperti demikian terjadi.
Manajemen beberapa perusahaan taxi telah kehilangan akal untuk bersaing di era informasi dan globalisasi yang makin merajalela ini. Sekalipun tulisan Prof. Rhenald Kasali, Founder Rumah Perubahan, telah wara wiri di dunia maya, mengingatkan para pengusaha untuk tidak melawan perubahan, tetapi berdamailah. Keliatannya belum cukup ampuh untuk membuat para petinggi perusahaan sungguh-sungguh berdamai dengan pola bisnis saat ini. Jelas terlihat dengan mengijinkan pengemudinya (bahkan mungkin mendorong pengemudinya) untuk melakukan demo seperti hari ini. Seperti berjudi dengan harga diri dan citra perusahaan yang telah dibangun puluhan tahun. Berani mempertaruhkan semua itu dimeja Baccarat. Pilihannya hanya menang atau kalah... Demo akan gagal atau berhasil... Ha..ha...ha... Para pengemudi yang secara tidak langsung telah menjadi korban. Paling tidak hari ini no income. Rejekinya dipatok ayam Uber/Grab Taxi/Gojek. Yang paling parah, bila sampai nama perusahaan taxi menjadi korban. Intangible value yang tidak tergantikan hanya karena sebuah nafsu akibat kurang dewasanya di dalam meresponi perubahan yang terjadi di alam bisnis.
Hai para pemilik perusahaan taxi. Marilah dengan kepala dingin duduk memikir ulang. Jadikan kesulitan yang dihadapi sebagai kesempatan untuk secepatnya berbenah diri. Karena PT. Pos Indonesia sudah beradaptasi dengan produk layanan baru untuk mengatasi maraknya email yang membuat pengiriman surat berkurang. Bank-bank sudah berinvestasi ratusan milyar melalui mesin ATM, agar dapat mengurangi teller dan menghemat sewa kantor cabang. Kepolisian dan TNI RI sudah mereformasi diri dengan menggunakan komputer dan sistem canggih untuk operasional sehari-hari menjaga keamanan negara dan bangsa.
Mari kita bersama-sama bergandeng tangan. Jangan sampai anak bangsa terus membisu karena tidak berdaya menghadapi hingar bingarnya perubahan.
Mari kita berubah...!!!
Berubah menjadi lebih baik dan berharga...!!!