Mohon tunggu...
Argo Indriyo
Argo Indriyo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Meme Comic sebagai Media Kontrol Politik nan Asyik

20 April 2015   00:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:54 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meme atau dibaca "Mim" sering mengisyaratkan sesuatu yang lucu dan tak kadang membuat terbahak-bahak, tapi apa jadinya kalau komik humor ini menjadi media kontrol politik yang berkembang di Indonesia baru ini?. Wah.. Bisa dibilang melompat satu batu dari bidangnya. Tapi kenyataannya fenomena politik saat ini cenderung mengundang kelucuan dan keheranan warga masyarakat sehingga dengan kreatifnya bisa dituangkan dalam bentuk komik meme ini, beberapa contoh diantaranya;

[caption id="attachment_411254" align="aligncenter" width="300" caption="doc.pri"][/caption]

[caption id="attachment_411255" align="aligncenter" width="300" caption="doc.pri"]

14294630721963007595
14294630721963007595
[/caption]

[caption id="attachment_411256" align="aligncenter" width="300" caption="doc.pri"]

14294631091525217126
14294631091525217126
[/caption]

Tak bisa dipungkiri dunia maya memang memberikan fasilitas berpendapat hampir tanpa batas ke setiap pengguna baik anak-anak sampai lansia. Fenomena politik yang berkembang dan terlalu banyak sudut pandang yang memberatkan kesalahsatu pihak yang telah diracik oleh media televisi sehingga obyektivitasnya berkurang. Sehingga taraf emosional seseorang ketika melihat sajian berita satu channel dengan channel yang lain berbeda kadang membuatnya tidak terkendali dan tak kadang memicu kemarahan lewat kata-kata yang tidak sesuai, dalam kata jawa sering disebut misuh-misuh.

Hal-hal yang tidak bisa diterima oleh pembaca atau penonton berita ditelevisi maupun koran sering menimbulkan ketidakstabilan di masyarakat. Contoh saja ketika si A mendukung tokoh C, dan si B mendukung tokoh D namun pada sajian berita yang ditayangkan tidak obyektif dan independen sehingga sudut pandang-sudut pandang masyarakat membuat terjadinya ketidakharmonisan dalam situasi bermasyarakat.

Meme (mim) hadir dengan slogannya " Just for Fun" sampai "Why So Serious" untuk merangkul semua bidang baik dari yang tidak penting bahkan sampai ranah politik. Semua ditransformasikan kedalam bentuk humor yang mengundang tawa. Sehingga tak jarang meme sebagai pereda situasi karena fenomena politik di masyarakat. Meme ini hampir sama dengan karikatur pada umumnya namun disajikan lebih simpel dan semua orang bisa membuatnya bahkan tanpa skill menggambar dan editing yang mumpuni.

Beberapa meme menyajikan topik politik yang berkembang tanpa mengabaikan pesan sesungguhnya dari fenomena politik tersebut. Tak jarang meme mempengaruhi mindset pembacanya dalam melihat sisi politik dengan sudut pandang yang berbeda dan bahkan memunculkan pandangan independen pembaca yang lebih obyektif dibandingkan berita-berita pincisan yang disajikan di media televisi nasional.

Namun sebaliknya, meme bukanlah ciptaan manusia yang sempurna. Terkadang walaupun tetap dalam 1 forum meme center, ketika situasi politik benar-benar tidak terkendali. Justru meme-lah yang dijadikan "senjata" antara kedua belah pihak yang tidak sependapat. Meme yang tarafnya sebagai pengundang tawa justru dijadikan bahan untuk mengejek pihak yang bersebrangan dengannya. Sehingga esensi meme ini menghilang. Contoh saja ketika banyaknya Black Campaign yang terjadi dengan menggunakan komik-komik meme sehingga memicu kemarahan baik pihak yang bersebrangan maupun masyarakat yang bosan dan mengharapkan meme kembali ke esensinya.

Dari semua itu, Bagaimanapun juga meme dibuat oleh seseorang. Baik dan buruknya meme, obyektif dan tidaknya, semua tetap berggantung pada si pembuat dan si pembaca. Jika dikiranya meme yang dibuat sudah tidak obyektif pembaca diharapkan mampu menyikapinya dengan santai, dan menganggap komik tersebut memang bahan guyonan yang tidak perlu dibahas. Sehingga meme tidak keluar dari esensinya sebagai penghilang penat masyarakat dan sarana untuk berbagi canda tawa. Why So Serious?!. ed-Indriyojp

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun