Mohon tunggu...
Argo Cahyantoro
Argo Cahyantoro Mohon Tunggu... -

INTJ dan konseptor

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar dari Timnas Jerman

16 Juli 2014   04:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:12 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 14 Juli 2014, akhirnya cerita dari kompetisi sepakbola terakbar di kolong langit telah usai. Berbagai macam intrik, drama , tangis haru kemenangan tauapun tangis kesedihan karena kekalahan berkumpul menjadi satu bagian yang menjadi sisi lain di kompetisi ini.

Dan akhirnya juara dunia baru pun lahir. Ya jerman atau yang juga dikenal dengan Deutschland adalah juara piala dunia edisi kali ini di Brazil. Setelah 24 tahun menunggu akhirnya hari ini, tahun ini Jerman bisa merasakan gelar juara yang telah lama dirindukan oleh publik jerman. Banyak sekali ilmu yang bisa saya dapat dari kesebelasan jerman ini.

Iya, jerman meraih trofi ke empatnya ini dengan proses yang tidak mudah. Seperti kata pepatah “Kesuksesan tidak ada yang bisa di dapat secara instan” sama seperti hal nya timnas jerman ini. Untuk menjadi juara dunia kali ini mereka melalui proses yang panjang. Dimulai ketika pada tahun 2000 Jerman yang notabene selalu dijagoka pada setiap pagelaan kompetisi sekaliber EURO TIDAK LOLOS pada BABAK PENYISIHAN. Sangat ironis sekali, berangkat dari itulah pemerintah Jerman dan jajaran liga serta pengelola kompetisinya mewajibkan setiap tim di Bundesliga Jerman (liga kasta tertinggi) mempunyai pembinaan usia muda dan di jerman jarang sekali klub-klub nya memakai pemain asing. Dan kesabaran membina para pemain muda itu kini mulai menampakkan hasilnya. Tim juara tahun ini adalah tim yang sudah sangat matang walau usia mereka masih muda.

Selain kejeniusan Joachim Loew dan jajaran pelatih di Timnas Jerman, kita juga patut berterima kasih kepada Juergen Klinsman yang bisa dikatakan adalah ujung tombak pembuatan embrio timnas yang saat ini menjadi juara. Tim kali ini adalah tim yang bermaterikan para pemain yang menjuarai Euro U-21 tahun 2009. Sebut saja El Buho Mesut Oezil, si kiper dengan reflek memukau Manuel Neuer, Jerome Boateng dll. Hal ini tentu saja secara tidak langsung akan mempermudah pelatih untuk menyusun startegi karena mereka terbiasa bermain bersama. Dan akhirnya kesabaran dalam membina pemain-pemain tersebut mulai menampakkan hasilnya. Hal positif yang dapat kita ambil dari Timnas Jerman ini adalah Sebuah kesuksesan tidak akan pernah di dapat secara instan, butuh perjuangan serta kesabaran. Seperti timnas Jerman yang membutuhkan waktu 24 tahun untuk meraih piala dunia ke-4 nya serta butuh waktu 10-12 untuk mendapatkan regenerasi pemain-pem,ian muda terbaiknya.

Selamat Jerman......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun