Sesuai janji saya kepada om Bato Kapua, kali ini saya akan menulis tentang tim pelatih Tim bentukan KPSI. Untuk kali ini, saya mencoba mengulas tentang Direktur Teknik, Benny Dollo.
Benny Dolo–lahir dengan nama Benny Selvianus Dolo di Manado, Sulawesi Utara, 22 September 1950–mengawali karier kepelatihan di UMS 80 pada 1984 sebelum menukangi UMS Amatir. Setelah itu, lelaki bertubuh gempal ini diboyong Rahim Soekasah ke Pelita Jaya. Dari sini nama Benny mulai moncer. Dia kemudian melatih Persita Tangerang, Persma Manado, balik lagi ke Tangerang, kemudian ke Malang (dua kali membawa Arema juara Copa musim 2005/2006 dan 2006/2007). Benny sempat singgah ke Persita, “rumah” lamanya di Tangerang dengan gelar juara Piala Jusuf di Makassar pada 2007. Benny pernah menjadi asisten pelatih Ivan Toplak ke SEA Games Singapura 1993.
Sungguh catatan yang membanggakan. Tapi entah mengapa, Benny Dolo atau biasa dipanggil Bendol, tak pernah bisa memberikan prestasi kepada Timnas Indonesia, bahkan bisa dibilang paling gagal. Pada tahun 2001, Timnas U-23 Indonesia gagal mendapat medali setelah dikalahkan Thailand 2-1 di semi final, dan Myanmar 0-1 di perebutan juara 3.
Kegagalan ini tak membuat Bendol dipecat, bahkan jabatannya naik menjadi pelatih Timnas Senior untuk Pra-Piala Dunia 2002. Dan lagi-lagi Bendol memberikan kegagalan bagi Indonesia. Indonesia hanya menjadi runner up grup 9, di bawah Cina.
Pada tahun 2002, Bendol digantikan oleh Ivan Kolev (2002-2004) dan Peter Withe (2004-2007). Di tahun 2007, Ivan Kolev melatih Indonesia kembali dan Bendol menjadi asisten pelatih, dan hasilnya Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia setelah kalah dengan agregat 11-1, kalah 1-4 di Jakarta, dan kalah 7-0 di Damaskus. (tapi kok gak ada yg bilang salam 7-0 ya.. hehehhehehe) Timnas Indonesia sempat tampil mengesankan di putaran final Piala Asia. Piala Asia 2007, meskipun pada penyisihan Grup D hanya mengantongi satu kemenangan, yakni 2-1, atas Bahrain. Pada dua laga lainnya, tim Merah-Putih kalah 0-1 dari Korea Selatan dan tumbang 1-2 dari Arab Saudi. “Kesuksesan” ini berakhir dengan dipecatnya Ivan Kolev.
Lagi-lagi Bendol dipilih menjadi pelatih timnas, menyingkirkan 2 nama besar waktu itu yaitu Rahmad Darmawan dan Daniel Roekito. Benny yang akrab disapa Bendol, lalu dibebani target harus mampu mengantar Indonesia juara Piala AFF, turnamen level Asia Tenggara, pada 2009.
Berhasilkah Bendol mengemban target itu? Tidak. Ia gagal.
Memang benar, di tahun 2008 Timnas senior Indonesia menjuarai Piala Kemerdekaan. Tapi, prestasi itu diperoleh dengan cara yang aneh. Cara kotor!! Ya, cara kotor. Wasit Shahabuddin Mohd Hamiddin memutuskan kemenangan untuk Indonesia 3-1 di partai final ini setelah menunggu 10 menit tim Libya tak muncul di lapangan. Padahal di babak pertama, Indonesia telah tertinggal 0-1 lawan Libya. Nah, di sini letak keanehannya. Mengapa secara tiba-tiba pemain Libya tidak mau melanjutkan pertandingan sehingga kalah WO? Ternyata, ada insiden 'lain'di locker room saat jeda pertandingan. Melibatkan Andi Darussalam (ADT) dan juga beberapa ofisial timnas. Manajer timnas ketika itu, Andi Darussalam akhirnya diketahui telah memukul pelatih Libya. Tak jelas apa asal usulnya. Itulah mengapa Libya jadi enggan melanjutkan pertandingan dan Indonesia menang WO 3-1.
Tak berhenti disitu, penampilan buruk Indonesia di tangan Benny terjadi di turnamen AFF Cup 2008. Indonesia tampil memukau dengan menghajar tim lemah Myanmar 3-0 dan Kamboja 4-0 di babak penyisihan grup. Di pertandingan terakhir babak penyisihan grup Indonesia kalah 0-2 dari Singapura. Di babak semifinal Indonesia kalah agregat gol 1-3 dari Thailand.
Di babak penyisihan grup, Benny memaksa pemain intinya untuk bermain di tiga pertandingan. Benny ingin mengejar gelar juara grup dengan memenangi selisih gol dari Singapura. Dia tidak mau memarkir beberapa pemain intinya saat menghadapi lawan lemah, Kamboja. Akibatnya Firman Utina sempat semaput kehabisan tenaga saat menjalani laga kontra Singapura.
Mungkin publik sepak bola Indonesia bisa memaklumi kegagalan itu. Namun, keputusan Benny yang tiba-tiba saja memanggil Boaz Solossa dan Ricardo Salampessy, guna menghadapi Thailand di semifinal, membuka bobroknya. Sebelum turnamen, Benny mengatakan memarkir kedua pemain Persipura Jayapura itu karena tidak sesuai dengan karakter timnya.
Keputusan pelatih tidak bisa diganggu gugat, termasuk memulangkan pemain yang tidak dimauinya. Namun, keputusan memanggil Solossa dan Salampessy saat Indonesia sedang terjepit menunjukkan Benny tidak punya visi. Dia sudah tahu aturan yang tidak mengizinkan pergantian pemain di tengah turnamen tanpa alasan yang jelas, tetapi dia tetap memanggil dua pemain itu.
Untuk pemanggilan yang percuma itu, Badan Tim Nasional mengeluarkan dana sebesar Rp 28 juta. Justru yang menjadi korban atas peristiwa itu adalah dokter tim, Roy Tobing. Tobing tidak diikutkan saat Indonesia menjalani laga kedua melawan Thailand di Bangkok, konon kabarnya karena dia tidak mau membuat surat sakit agar Solossa dan Salampessy bisa dimainkan.
Atas kegagalan itu, Benny bersembunyi di balik pendeknya waktu persiapan timnya menjelang terjun di AFF Cup. Padahal, sebelum ke turnamen itu Indonesia sudah berkali-kali menjalani laga uji coba dan dua kali mengikuti turnamen, Piala Kemerdekaan di Jakarta dan Grand Royal Challenge di Yangon, Myanmar. Persiapan yang sudah lebih dari kata mencukupi.
Kegagalan itu masih berlanjut dengan tidak lolosnya Indonesia ke putaran final Piala Asia untuk pertama kalinya. Harapan Indonesia untuk melaju ke putaran final pupus setelah dikalahkan oleh Oman di kandang sendiri. Dengan gagalnya timnas tersebut, berakhir pula kiprah Bendol di timnas.
Entah mengapa pelatih dengan berbagai kegagalan ini masih saja dipercaya untuk menjadi Direktur Teknik KPSI berduet dengan Oppa Riedl sebagai pelatih kepala. Atau memang KPSI ingin membentuk tim gagal??
Sumber : berbagai sumber
follow me : @argiiiiiee
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI