Bau ikan yang menyengat tercium ketika kami masuk ke sebuah jalan sempit di tengah kawasan industri Kabupaten Jembrana, Bali. Â Terik matahari menambah pengalaman kami menjumpai Hendarto, pemilik usaha pengolahan limbah ikan UD Samudra Kencana yang produknya telah mendunia.
Limbah ikan yang awalnya di buang ke laut, di tangan Hendarto mampu diolah menjadi berbagai produk yang dapat digunakan sebagai pakan ternak maupun pupuk tanaman. Usahanya dimulai di tahun 2005, berawal dari usaha rumahan kecil yang menggunakan peralatan tradisional dan sederhana. Hendarto mengaku hasil produksinya masih dikirim dahulu ke Banyuwangi untuk dikumpulkan sebelum di ekspor ke Jepang. Produksinya pun masih dalam volume kecil, maksimal 1 kontainer saja sekali kirim. Produk hasilnya dikirim tanpa label merek, karena nantinya buyer di Jepang nya lah yang akan memberikan label.
Hendarto bercerita, bahwa produk yang ia hasilkan digunakan sebagai pakan ternak dan campuran pupuk tanaman. Produk hasil olahan limbah ikan mengandung banyak nutrisi, bila diurai pupuk NPK sendiri bisa dihasilkan N dari tepung ikan, P dari tulang ikan, K dari abu janjang sawit(limbah pengolahan sawit). Buyer dari Jepang sendiri meminta kualitas hasil olahan limbah ikan yang berupa tepung ikan mempunyai kualitas organik, tidak ada campuran lain selain dari ikan itu sendiri. Â
Berawal dari 50 juta
Hendarto mengawali usahanya dengan modal sekitar 50 juta, dibantu beberapa pegawai dan peralatan sederhana, ia membangun usahanya di Jembrana. Seiring waktu dan permintaan hasil olahan yang semakin meningkat, Hendarto memberanikan diri melakukan ekspor sendiri di tahun 2008. Waktu itu persyaratannya ekspornya mudah, modal usaha Hendarto juga masih memanfaatkan kredit konvensional dengan agunan bangunan dan tanah yang ia pakai juga sebagai tempat usaha.
Saat ini volume produksi tepung ikan dan beberapa produk sampingan limbah ikan lainnya telah menyentuh 30 ton per hari, dengan omset 20 miliar per tahun. Hendarto memanfaatkan fasilitas kredit ekspor melalui Lembaga Penjamin Ekspor Indonesia untuk menambah dan memperbaharui peralatan yang digunakan untuk produksi. Ia pun menerapkan pola kerja mengikuti standar modern agar target produksinya tercapai baik waktu maupun volumenya. Kini Hendarto memiliki 35 tenaga kerja baik tenaga kerja tetap maupun yang borongan.
Bagi Hendarto, kepercayaan buyer merupakan faktor utama yang membuat usahanya mampu bertahan melewati berbagai rintangan dan tantangan. Dari limbah ikan yang tadinya tersisihkan, mampu diolah menjadi komoditas ekspor yang berkualitas organik dan menyerap banyak tenaga kerja. Tak hanya bertahan pada satu bahan baku, kini Hendarto mulai melirik juga limbah cangkang kepiting dan kerang, dan saat ini sedang mempelajari juga pengolahan limbah sawit untuk diolah menjadi abu janjang sawit. Kreativitas tidak hanya berlaku bagi seniman, pelaku usaha kecil pun terbukti mampu berkreasi dengan bahan baku limbah hingga menjadi hasil olahan yang bernilai ekspor. Hendarto berharap pelaku usaha kecil lain di Indonesia mampu memanfaatkan limbah di sekitarnya agar lebih bermanfaat, selain mendapatkan untung namun juga mengurangi dampak buruk limbah terhadap alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H