Melihat visi ekonomi yang dipaparkan oleh Prabowo dalam debat Capres , sedikit demi sedikit kita dapat memprediksi pembangunan ekonomi seperti apa yang direncanakan oleh Prabowo dalam 5 tahun kedepan jika beliau terpilih menjadi Presiden.
Prabowo memulai pemaparannya dengan statement: “ Menutup kebocoran 1.000 Triliyun kekayaan negara untuk menjalankan ekonomi kerakyatan.”
Prabowo mendasarakan asumsinya berdasarkan statement ketua KPK yang mengatakan ada 7.000 Triliyun kekayaan Negara yang bocor di tahun 2013. Namun dalam statement Prabowo, kekayaan yang dianggap bocor bukanlah kebocoran karena korupsi oleh aparatur Negara, namun kebocoran kekayaan Negara yang mengalir ke Negara Asing berupa keuntungan Investasi yang dilakukan di Indonesia.
Kobocaran tersebut memegang peran sangat penting dalam rencana ekonomi Prabowo – Hatta karena semua janji-janjinya dalam 5 tahun kedepan akan dimodali dari penutupan kebocoran tersebut. Prabowo meng-claim dirinya sebagai pemimpin yang berani merebut kekayaan Negara yang selama ini dinikmati oleh Negara Asing , sehingga dapat meningkatkan pendapatan Negara untuk menjalankan Program Ekonomi Kerakyatan yang dijanjikannya.
Dalam menjawab beberapa pertanyaan yang deberikan, Prabowo menjanjikan pembangunan besar-besaran, peningkatan anggaran dalam jumlah yang signifikan, dan peningkatan kesejahteraan rakyat kecil sampai 2 kali lipat dalam 5 tahun.
Beberapa Janji Kampanye Prabowo adalah : Solusi dalam pemberantasan kemiskinan, memanfaatkan hutan yang rusak, untuk membangun 2 juta hektar sawah, 2 juta hektar perkebunan bio etanol. Juga pemberian anggaran anggaran 1 M / tahun untuk setiap desa.
Solusi untuk kesehatan penduduk, membangun rumah sakit, puskesmas, meningkatkan gaji dokter, perawat, dll.
Solusi untuk perbaikan infrastuktur, pembangunan 8 pelabuhan, 3.000 km jalan raya , 4.000 jalur kereta api.
Jika disimpulkan janji kampanye Prabowo adalah strategi yang beliau sebut sebagai ‘The Big Push’ , peningkatan kesejahteraan rakyat dengan investasi besar-besaran di setiap sector, dan semuanya bergantung pada keberhasilan pemerintah menutup ‘kebocoran’ kekayaan Negara oleh pihak asing.