"Dinamika Politik, Pemuda dan Etika", kurang lebih seperti itulah arti dari judul di atas untuk opini ini. Sebuah kalimat yang akan mewakili pandangan, pendapat, dan pemikiran mengenai politik, ilmu politik, dan penerapan serta praktek-prakteknya dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia yang beretika dimata generasi muda. Namun sebelum mengutarakan pandangan yang lebih jauh mengenai hubungan politik dengan etika, terlebih dahulu perlu dibahas bagaimana generasi muda memahami kehidupan politik dalam berbagai perspektif dewasa ini. Apakah generasi muda sudah layak dan pantas untuk membicarakan politik, ataukah politik hanyalah sebuah tema sentral yang khusus diperuntukkan bagi generasi pendahulu dan kaum dewasa. Untuk itulah diperlukan adanya suatu penjelasan konkret yang melibatkan dua perspektif ini.
Politik dianggap sebagai suatu hal yang tabu dan jarang dibicarakan dalam pergaulan kalangan muda. Generasi muda terkadang dipandang sebelah mata dan dianggap kurang kompeten jika harus membicarakan masalah politik. Berbeda dengan generasi dan golongan dewasa yang dianggap lebih berpengalaman serta memiliki pemikiran-pemikiran hebat tentang perpolitikan. Namun bukan berarti bahwa opini-opini kaum muda tidak memiliki bobot sama sekali dan bisa disepelekan begitu saja. Justru dengan pola pikir usia muda yang sebagian besar masih sangat realistis dan kritis mampu mencetuskan ide-ide gemilang yang tak kalah hebat jika dikomparasikan dengan ide-ide kaum pendahulu. Dalam opini ini, akan diutarakan sebuah pandangan yang mungkin dapat mewakili apa yang ada di dalam benak generasi muda dan kaum penerus dalam memandang dunia politik Indonesia dewasa ini.
Melihat gejolak pemuda dalam kehidupan politik saat ini, membawa kita untuk menyaksikan fenomena keterlibatan sejumlah aktivis mahasiswa maupun tokoh-tokoh muda yang mulai berani membicarakan politik. Dimana hal ini tidak dapat kita temui dimasa orde baru yang berkuasa lebih dari 3 dekade. Dewasa ini, telah banyak kaum muda yang menduduki sejumlah posisi penting dalam perpolitikan mulai dari keanggotaan pada partai politik hingga menjadi anggota dewan perwakilan rakyat baik pusat maupun daerah. Tidak hanya itu, bagi generasi muda yang tidak terlibat langsung dalam pemerintahan, mereka tetap bisa berperan dan berkontribusi dalam kehidupan politik meskipun dengan cara-cara yang berbeda. Partisipan dan pengamat contohnya, bisa menjadi jalan bagi generasi muda untuk berpartisipasi dalam kancah politik meskipun tidak seaktif para generasi muda yang berkedudukan sebagai aktivis politik. Hal ini membuktikan bahwa membicarakan politik bukan lagi hal yang tabu dan dihindari oleh generasi muda. Justru seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya pendidikan dikalangan muda, menjadikan mereka semakin peduli dan selalu merespon hal-hal yang berkaitan dengan politik. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan, kaum muda mulai peduli karena mereka sadar bahwa lingkungan tempat mereka tinggal, masyarakat yang menaungi mereka dan negara yang menjadi tempat mereka tumbuh dan berkembang, itu semua ada karena kehidupan politik di dalamnya.
Lalu apa hubungan antara dinamika politik dengan etika? Dan bagaimana pula hubungan keduanya menurut paradigma generasi muda? Semua pertanyaan tersebut mungkin dapat dijawab dengan berfikir idealis dan bertindak realistis. Politik memang dianggap identik dengan sesuatu yang kotor. Seperti menghalalkan berbagai cara demi kekuasaan, menempuh berbagai upaya agar dapat mencapai tujuan, termasuk saling sikut antar politisi dan bahkan saling melenyapkan lawan-lawan politik demi terwujudnya suatu ide yang dicita-citakan. Bahkan dewasa ini ada suatu perilaku politik yang sedang populer, yakni politik uang. Semua hal itu dapat kita saksikan dalam perilaku politik berbagai pihak akhir-akhir ini, entah anggota partai politik, anggota legislatif, maupun orang-orang yang duduk dalam pemerintahan. Jika dilihat secara empiris dan sesuai fakta, memang semua proposisi dan pernyataan di atas benar adanya. Tidak salah jika sebagian besar bahkan semua orang memandang politik adalah sesuatu yang kotor. Bukan hal yang mengherankan apabila banyak orang tua yang melarang anak-anaknya terjun dalam dunia politik dan ikut-ikutan berhegemoni di dalamnya.
Namun semua itu adalah realita dan fakta yang empiris dan dapat diamati secara langsung dalam kehidupan. Secara konsep dan ide, tidak ada sebutan politik itu kotor. Politik sendiri merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terkandung banyak unsur seperti negara, pemerintah, kekuasaan dan masyarakat. Politik sebagai suatu sistem tersebut akan membentuk dan mengembangkan suatu mekanisme interaksi antara pemerintah dan yang diperintah, dalam hal ini masyarakat, melalui sistem kekuasaan yang dibangunnya dalam suatu wilayah negara. Semua itu terjalin secara holistik dan komprehensif dalam rangka menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan seluruh warga negara. Dengan demikian jelaslah bahwa politik bukanlah sesuatu yang kotor dan penuh dengan intrik dan tipu daya di dalamnya. Politik adalah sebuah instrumen dan sarana demi menciptakan dan mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lalu bagaimana relasi antara etika dan politik? Nah, etika disini berperan sebagai pemandu, pedoman dan penuntun seseorang yang terlibat dalam suatu sistem politik tersebut. Etika bertindak sebagai suatu dasar normatif seseorang dalam bertindak guna mengenal apa yang benar dan apa yang salah, apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seyogyanya tidak dilakukan. Etika ini bukan mengatur, namun hanya memberikan dasar penuntun yang berskala norma. Dengan etika, orang-orang yang terlibat dalam perpolitikan dapat mengejawantahkan dan merealisasikan ide dan konsep politik tadi menjadi kehidupan politik yang nyata dan konkret, sehingga politik tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang kotor. Seseorang akan berpikir ribuan kali apabila hendak menyelewengkan kekuasaan, mempertimbangkan secara matang keputusan yang diambil demi kesejahteraan masyarakat, dan berusaha untuk merumuskan kebijakan yang mengarah pada terpenuhinya cita-cita dan tujuan negara seperti yang diamanatkan pada pembukaan konstitusi negara. Itu semua karena etika. Bagi partisipan yang tidak seaktif para aktifis, etika ini sangat berperan sebagai pedoman sikap bagaimana berpartisipasi yang benar dalam kehidupan politik. Bagaimana cara yang semestinya dalam menyuarakan dan menyampaikan aspirasi politiknya. Orang yang beretika dalam berpolitik pastinya akan menghindari aksi anarkis, provokatif, destruktif, maupun cara-cara kotor lainnya yang tidak sesuai dalam pengembangan sistem politik. Politik dan etika ini menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dan harus selalu berjalan beriringan demi terwujudnya politik yang bersih. Hubungan antara politik dan etika ini akan melahirkan apa yang disebut politik etis. Dengan penerapan politik etis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara inilah akan melahirkan tatanan kehidupan yang harmonis dan menciptakan koordinasi ideal antara yang memimpin dan yang dipimpin serta antar lembaga-lembaga negara sehingga muncul penerapan prinsip checks and balances dalam pemerintahan.
Sebenarnya hanya seperti itulah yang diharapkan oleh generasi muda saat ini. Hanya pemikiran seperti itulah yang ada di dalam benak kaum muda mengenai kehidupan politik. Bukan hal yang muluk-muluk atau pandangan yang jenius mengenai politik, tapi generasi muda menginginkan aksi nyata dan fakta sebenarnya. Kaum muda sudah muak dan jenuh dengan perpolitikan yang kotor, penuh intrik, penuh kebohongan dan penuh sandiwara. Jauh sebelum Indonesia merdeka, para pemuda telah membentuk konsep negara yang ideal. Mereka aktif terlibat dalam kegiatan perpolitikan guna merealisasikan konsep pemikiran dan ide mereka demi terciptanya negara kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Disaat inilah generasi muda kembali menemukan momentum yang tepat guna menyusun kembali gagasan-gagasan abstrak yang dulu pernah ada, untuk kemudian bisa menjadi konkret dan nyata. Itulah generasi muda, itulah pemikiran mereka. Dan kini waktunya generasi muda berbicara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H