Mohon tunggu...
Kusumadilaga
Kusumadilaga Mohon Tunggu... Guru -

14 Feb 93|TK Pertiwi Cilacap|SD Al-Irsyad 02 Cilacap|SMPN 1 Cilacap|SMAN 1 Cilacap|Civic Hukum UNY|SM-3T Polman|SMPN Rappang Polman|SMAN 1 Godean|SMAIT ABBS|PPG SM-3T UNY|Guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangkitkan Kembali Semangat Kebangkitan Nasional

19 Mei 2014   06:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:23 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bulan Mei tepatnya pada tanggal 20 Mei selalu kita peringati sebagai hari kebangkitan nasional atau yang lebih akrab kita sebut Harkitnas. Banyak acara-acara seremonial yang diselenggarakan guna memperingati hari kebangkitan nasional tersebut, mulai dari upacara, karnaval, teater, pentas seni, hingga aksi turun ke jalan atau sekadar membagikan bunga pada masyarakat. Namun sebenarnya apakah yang melatarbelakangi penetapan Hari Kebangkitan Nasional itu? Dan semangat seperti apa yang digelorakan organisasi-organisasi pergerakan nasional pada masa itu? Untuk itulah dalam artikel ini akan dipaparkan hal-hal penting yang perlu diketahui oleh masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada umumnya terkait latar belakang penetapan Hari Kebangkitan Nasional.

Seperti kita semua ketahui bahwa penetapan Hari Kebangkitan Nasional itu sendiri menuai banyak kontroversi. Pasalnya tanggal yang ditetapkan pemerintah sebagai Hari Kebangkitan Nasional mengambil tanggal berdirinya perkumpulan Boedi Oetomo yakni pada tanggal 20 Mei 1908. Banyak pihak yang menentang penetapan tanggal tersebut sebagai harkitnas bahkan saat ini banyak yang menggugat. Jika kita kembali pada perjalanan sejarah di masa pergerakan nasional, kita akan terpaku pada Syarikat Dagang Islam yang berdiri lebih dahulu daripada Boedi Oetomo. Syarikat Dagang Islam berdiri sekitar tahun 1905 sebagai perkumpulan para pedagang batik di sebuah pasar di Solo sebagai tandingan para pedagang Cina. Sementara Boedi Oetomo lahir sebagai sebuah perkumpulan yang memiliki cita-cita nasional untuk memajukan bangsa Indonesia diberbagai bidang kendati Boedi Oetomo sendiri didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa kedokteran.

Jika kita melihat tahun kelahiran atau pendirian kedua organisasi di atas, maka kita bisa ketahui bahwa Syarikat Dagang Islan (SDI) lebih dahulu lahir daripada Boedi Oetomo. Namun pemerintah justru menetapkan Hari Kebangkitan Nasional jatuh pada tanggal 20 Mei yang notabene merupakan tanggal kelahiran perkumpulan Boedi Oetomo. Hal inilah yang menuai kontroversi dan perdebatan khususnya dikalangan kaum islamis. Mereka menuntut pemerintah untuk mengoreksi kembali penetapan harkitnas dengan melihat latar belakang historis yang ada.

Dilain sisi pemerintah tentunya memiliki pertimbangan yang matang dan penuh kehati-hatian dalam menetapkan Hari Kebangkitan Nasional tersebut. Jika kita membangun persepsi sendiri dan membentuk opini sendiri, maka kita juga pasti akan menemukan jawabannya. Apabila merunut sejarah yang ada, memang SDI lahir atau berdiri terlebih dahulu, namun kita jangan lupakan dasar berdiri dan cita-cita berdirinya. Memang SDI didirikan dengan skala nasional dan anggotanya meliputi seluruh daerah yang ada di nusantara, namun tujuan didirikannya SDI adalah untuk memajukan pedagang-pedagang asli pribumi agar tak tersaingi oleh pedagang Cina. Selain itu SDI didirikan dengan dasar profesi atau mata pencaharian dan dasar keagamaan. Jadi secara dasar filosofis, SDI tidak memenuhi persyaratan sebagai pencetus pergerakan nasional karena dasar pendiriannya. Lain halnya dengan Boedi Oetomo, meskipun perkembangannya hanya berawal dan hanya untuk lingkup Jawa, namun dasar pendiriannya bukanlah profesi maupun agama tertentu. Perkumpulan ini bertujuan untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme pada orang-orang pribumi dan bertekad memajukannya melalui pendidikan dan pengajaran. Meskipun bersifat kedaerahan namun cita-cita yang diusung oleh Boedi Oetomo lebih bersifat nasional karena mampu menaungi seluruh rakyat nusantara, tidak hanya golongan tertentu atau agama tertentu saja.

Terlepas dari kontroversi dan perdebatan yang ada mengenai penetapan Hari Kebangkitan Nasional itu, sudah sewajarnya kita sebagai generasi penerus dan pelurus bangsa memandang perbedaan pandangan itu dengan bijak. Hal yang harus kita lihat bukanlah pada perdebatan itu sendiri, tetapi lebih kepada apa yang mendasari lahirnya pergerakan nasional di waktu itu. Perhatian kita tak seharusnya terpusat pada siapa yang pantas atau tidak pantas, tetapi terfokus pada semangat seperti apa yang mendasari tercetusnya pergerakan nasional dimasa itu. Semangat pergerakan nasional itu lahir sebagai bentuk perlawanan atas ketidakadilan yang membawa kesengsaraan bagi bangsa Indonesia. Banyak sekali perkumpulan atau organasasi yang lahir dengan mengusung semangat pergerakan nasional itu kendati banyak yang mengatasnamakan profesi, keagamaan, maupun daerah tertentu, namun semangatnya sangat berarti bagi seluruh bangsa Indonesia. Dimulai dari Syarikat Dagang Islam, Boedi Oetomo, Perhimpunan Indonesia, Indische Partij, hingga Bumiputera seluruhnya memiliki cita-cita dan tujuan masing-masing yang tercantum dalam anggaran dasarnya. Namun dibalik seluruh perbedaan itu ada sebuah semangat dan ada satu keinginan yang sama, yakni memperjuangkan nasib bangsa Indonesia.

Semangat seperti itulah yang harus kita hadirkan lagi di masa sekarang ini, dan semangat seperti itulah yang harus kita bangkitkan dewasa ini. Apapun hal-hal yang membedakan, kita tetap memiliki satu tujuan yang sama. Sebanyak apapun faktor yang dapat memisahkan dan memecahbelah, bangsa Indonesia tetaplah satu. Itulah semangat kebangkitan nasional sejati yang harus kita bangkitkan lagi. Jangan biarkan api semangat itu padam hanya karena perbedaan pendapat atau pandangan, dan jangan biarkan gelora semangat itu pupus hanya karena egoisme segelintir orang. Semangat kebangkitan nasional itu sudah selayaknya kita hidupkan lagi di era penuh modernisasi dan globalisasi seperti saat ini. Agar bangsa Indonesia tidak kehilangan jati diri. (-val)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun