Sebelumnya, daerah yang sekarang menjadi Kyrgyzstan dan Tajikistan ditaklukkan oleh Kekaisaran Rusia pada abad ke-19. Pada 1920-an, Uni Soviet menetapkan perbatasan antara kedua wilayah tersebut, yang menghasilkan kantong-kantong. Negara-negara tersebut merdeka pada tahun 1991 ketika Uni Soviet runtuh. Kedua negara juga merupakan anggota Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) dan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO).
Konflik perbatasan antara Kyrgyzstan dan Tajikistan dimulai pada 28 April 2021. Peristiwa seputar pecahnya konflik tersebut masih diperdebatkan, namun bentrokan tersebut dikatakan berasal dari sengketa air yang telah berlangsung lama antara kedua negara Asia Tengah tersebut. Beberapa sumber melaporkan bahwa penyebab langsung dari konflik tersebut adalah ketidakpuasan penduduk setempat terhadap pemasangan kamera pengintai di dekat perbatasan. Sedikitnya 55 orang tewas dalam insiden itu dan lebih dari 40.000 warga sipil mengungsi.
Pada 3 Mei 2021, kedua negara menyelesaikan penarikan pasukan dari perbatasan.Pada 18 Mei 2021, pejabat dari kedua negara mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk melakukan pemeriksaan keamanan bersama di sepanjang perbatasan yang disengketakan. Dengan pengecualian insiden kecil pada 9 Juli 2021, gencatan senjata akan berlangsung hingga 2022.
Bentrokan meletus pada 27 Januari 2022, menewaskan dua warga sipil dan melukai beberapa lainnya. Komite Negara untuk Keamanan Nasional Tajikistan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sepuluh warganya terluka, enam di antaranya adalah tentara dan empat lainnya warga sipil. Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Kyrgyz mengumumkan bahwa setidaknya 11 warganya dirawat karena luka serius. Pihak berwenang Kyrgyzstan melaporkan bahwa alasan bentrokan itu adalah blokade Tajik di jalan antara Laka di provinsi Batken dan desa Isfana di Kyrgyzstan.
Pada 10 Maret 2022, di perbatasan antara Kyrgyzstan dan Tajikistan di distrik Teskey, distrik Batken, terjadi insiden bersenjata antara penjaga perbatasan yang menewaskan seorang anggota penjaga perbatasan Tajik. Setelah insiden tersebut, para pejabat dari wilayah Batken di Kyrgyzstan dan wilayah Sughd di Tajikistan mengadakan pembicaraan.
Menurut beberapa sumber, bentrokan perbatasan terjadi pada 3 Juni setelah tentara Kyrgyz melintasi perbatasan dekat Vorukh. Dua minggu kemudian, pada 14 Juni 2022, seorang penjaga perbatasan Tajik tewas dan tiga lainnya terluka dalam bentrokan dengan penjaga perbatasan Kyrgyzstan.
Pada tanggal 14 September 2022, seorang penjaga perbatasan Tajikistan tewas dan dua lainnya terluka dalam bentrokan dengan penjaga Kyrgyz yang menuduh Tajikistan mengambil posisi di daerah terlarang. Belakangan hari itu, dua penjaga perbatasan dilaporkan tewas dan 11 lainnya luka-luka, termasuk lima warga sipil.
Pada 16 September 2022, konflik meningkat, termasuk penggunaan kendaraan lapis baja dan pengeboman bandara di kota Batken, Kyrgyzstan. Tajikistan menuduh Kyrgyzstan menembaki sebuah pos terdepan dan tujuh desa perbatasan dengan senjata berat. Pasukan Tajik juga mencapai desa perbatasan Kyrgyz. Kirgis melaporkan sedikitnya 31 orang terluka, dengan satu warga sipil tewas dan tiga lainnya luka-luka, menurut pasukan Tajik di Isfara.
Setelah beberapa kali percobaan, gencatan senjata tercapai. Namun, gencatan senjata dipatahkan tiga jam kemudian, dengan Kyrgyzstan melaporkan 24 tewas dan 87 luka-luka. Parlemen Kyrgyz mengadakan sesi darurat karena situasi tersebut. Kyrgyzstan telah mengevakuasi sedikitnya 136.000 orang dari zona konflik. Tajikistan mengklaim 15 warga sipilnya tewas dalam serangan di masjid tersebut oleh drone Kyrgyz Bayraktar TB2. Kyrgyzstan mengumumkan keadaan darurat di wilayah Batken.
Asmardika, Rahman. (2022, September 19). Konflik di Perbatasan Kirgistan dan Tajikistan. Okezone.com.Â
