Mohon tunggu...
Emiya Kiritsugu
Emiya Kiritsugu Mohon Tunggu... -

Semakin tinggi cita - citamu, semakin sedikit waktu santaimu. Setiap kehidupan ada kualitasnya, dan kualitasmu ditentukan oleh kualitas kesibukanmu. -Khalid Al-Mushlih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiada Lurus Hatinya sehingga Lurus Lidahnya

2 Juni 2013   17:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:38 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seorang lelaki bertanya pada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam “Musllim yang bagaimana yang paling baik?” “Ketika orang lain tidak (terancam) disakiti oleh tangan dan lisannya” Jawab Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Terkadang kita memang secara tidak sadar jika lisan kita sering menyakiti perasaan orang lain. Rasulullah shallallahu aliahi wasallam bersabda “Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya“. (HR. Ahmad).

Saat ini sering kita temui dalam media  sosial orang - orang berdebat karena salah berbicara. Akhirnya, didunia nyata pun hubungan menjadi renggang. Kebebasan berbicara didunia maya memang menjadi salah satu penyebabnya. Itulah mengapa kita harus senantiasa menjaga lidah kita dengan zikir ataupun kata - kata yang penuh hikmah.

Bahkan tak jarang pula hal - hal yang diperdebatkan itu adalah hal - hal yang sepele. Amat disayangkan, namun itulah hawa nafsu ia tidak akan pernah berhenti menggoda manusia dari sisi manapun. Ingat pesan tentang bahwa banyak orang yang jatuh bukan karena batu besar,melainkan karena batu kerikil. Manusia memang tempatnya lupa, oleh sebab itu kita harus sering zikr, ibadah, membaca buku, menghadiri majlis ilmu yang tujuannya adalah sebagai media pengingat kita.

Maka benarlah firman Allah yang mengatakan bahwa para ulama lah yang senantiasa mengingat Allah. Sementara kita tau bahwa ulama itu berarti orang - orang yang ahli ilmu. Ilmu lah yang akan menjaga lisan dan perilaku kita. Itulah mengapa dalam Arkanul Bai’ah  pemahaman menempati posisi pertama sebagai fondasi kita kedepannya. Dengan pemahaman kita akan mengerti apa yang harus kita lakukan.

Memang benar jika lidah itu lebih tajam dari pada pedang. Karena kata yang diucapkan dari lisan tersebut akan langsung menusuk ke hati, dan itu amat sakit sekali rasanya. Nantinya pun akan banyak orang - orang yang menghuni neraka karena perkara lisan yang tak dijaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun