Mohon tunggu...
Arief Syariffudin
Arief Syariffudin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Just me

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setiap Pendakian Selalu Punya Cerita

8 Desember 2014   19:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:47 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kalian masuklah, aku tahu kalian diluar!" kata Nesya dari dalam tenda.
"Hahahaha... kalian ini seperti Werok sama Kucing, tak pernah bisa akur klo ketemu, bahkan ditempat syahdu seperti inipun kalian masih saja berantem" kata Ian sambil masuk ke dalamtenda. "Kamu tidurlah Nda... pake lah Sleeping Bag-ku, besok kita akan melihat mentari pagi" suruh Ian kepada Enda.
Ali dan Nesya bergeser dari tempat duduknya semula.
"Makan dulu Nda... barusan si Ali memasakkanmu Mie Rebus, makan dulu mumpung belum terlalu dingin"
"Iya... makasih kalian baik banget, besok pagi aku klo mo sikat gigi disikatin juga ya...."
"Hahahaha...." serentak mereka berempat tertawa.
Cair sudah suasana malam itu, cair oleh keusilan Enda yang memang terlihat selalu riang.
"Ntar aku kumurin dulu, aku tuang kegelas, kamu yang nyemprotin ke muka Ian ya nda" celoteh Ali.
"hahahaha..." mereka kembali tertawa. Sebenarnya Ali memang pandai membawa suasana, tapi entah di pendakian kali ini dia seperti hilang taste-nya. Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu masalah, sesuatu yang dipendamnya dalam-dalam.

Dalam kehiningan 'ting-tong' tiba-tiba saja ada dering HP, seperti bunyi BBM. Ian, Nesya dan Enda sibuk mencari HP nya masing-masing, hanya Ali yang masih tenang karena memang merasa tak punya BB. HP siapa yang berbunyi.
Enda terdiam didepan layar Androidnya, Nesya mendekatinya, "siapa?"
tanya Nesya. "Baca saja sendiri" jawab Enda sambil menyerahkan Androidnya kepada Nesya.
Pesan BBM, puisi dari ELANG, diterima dari tempat yang imposible mendapat sinyal :

Maafkan aku yang telah berusaha menghindarimu, aku menyesal
Aku telah mencintaimu dengan begitu besar dan dalam
Maka, aku tak ingin kembali menyesal

Atas semua waktu yang kuhabiskan
Atas semua kata yang kusenandungkan
Atas semua puisi yang kutuliskan
Atas semua doa yang kupanjatkan
Atas semua pikir yang kuluangkan
Atas semua cinta yang tak habis kubahasakan

Aku akan mempertahankanmu
sampai aku tak sanggup bertahan
Kumohon jangan beranjak pergi dulu, bila kau tahu sesal begitu membuat luka dan sesak pada hati.

Karena bukankah sudah pernah kukatakan

Kita baru tahu bagaimana gelap, setelah kita kehilangan gemerlap
Kita baru tahu kekosongan, setelah ada yang mengajarkan arti kehilangan
Kita baru tahu rasanya kedinginan, setelah tak lagi ada dekap kehangatan
Kita baru tahu arti patah hati, setelah ada yang datang namun malah memutuskan pergi begitu cepat

Namun aku tak ingin menyesal
Dengan tetap berdiam diri saat melihatmu enggan tinggal

Aku tak bisa memaksamu, setidaknya aku telah memohon

Jleb... Inikah jawaban dari do'a Enda selama ini, inikah hikmah dari pendakian ini. Menyendiri dalam keheningan untuk mencari sebuah jawaban.
Seindah apapun sebuah pendakian mungkin tak selamanya berakhir dengan keindahan, apa yang dirasakan Enda mungkin bertolak belakang dengan apa yang dirasakan ke-3 temannya, terutama Ali dan Nesya. Tapi bukankah pendakian tidak harus menjadi muara dari sebuah hubungan. Jangan salahkan gunung ini kalau cinta kandas disini, jangan pula bersyukur pada gunung ini kalau cinta memang mulai bersemi.
Ian mungkin akan kembali menjadi Ian. Sepertinya dia tak perlu merangkai kata-kata indah untuk orang-orang. Dia cukup menanyakannya kepada seluruh alam, mereka tahu apa yang dia rasa. Karena kepada alam dia selalu bercerita dan Alam tahu apa yang terbaik.
Pendakian tidak selalu memberikan pelajarannya dengan cara yang membuat kita bahagia, terkadang dengan cara yang paling membuat hati kita luluh lantak.
Tapi seburuk apapun sebuah pendakian, tatap adalah hal yang terlalu manis untuk dilewatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun