Kenapa Garuda Rugi?
#catatan_RV
Dalam sebuah penugasan, saya dan tim berkunjung ke salah satu perusahaan BUMN. Usai urusan tugas, kami berkesempatan berbincang santai dengan General Manager (GM) BUMN tersebut.
Karena suasana yang cair dan akrab, saya pun tergelitik ingin bertanya pasal dua BUMN yang kerap jadi buah bibir masyarakat: Pertamina dan Garuda.
Kenapa jadi buah bibir? Karena keduanya dikabarkan selalu merugi. Padahal, dalam pemahaman awam, dua perusahaan plat merah itu tak mungkin rugi.
Garuda tiketnya mahal, dan terlihat selalu penuh. Harusnya untung.
Demikian pula Pertamina. Masyarakat tak habis pikir kenapa bisa rugi. Sebab tak punya pesaing, jualannya selalu habis, pembeli tidak pernah hutang. Harusnya untung besar. Pedagang bensin eceran yang nota bene beli dagangannya dari Pertamina saja selalu untung, kok. Kenapa Pertamina malah rugi?
Itu yang kemudian saya tanyakan. Saya yakin GM ini tahu jawabannya.
Oya, sebelumnya perlu saya tegaskan, BUMN yang kami datangi ini termasuk yang sehat, selalu untung. Tiap tahun selalu bisa membagikan dividen (laba) kepada pemerintah sebagai pemegang saham utama.
Sang GM menjawab pertanyaan saya panjang lebar, begini.
Garuda rugi karena memang biaya operasionalnya sangat tinggi. Pendapatan tak mampu menutupi biaya operasional tersebut.