Kita tidak bisa memberi jika kita tidak memiliki. Kita tidak bisa membagikan rasa bahagia, jika sendiri tidak bahagia. Andaipun bisa, pasti hanya kebahagiaan yang semu belaka.
Dalam perjalanan hidup tahun 2024 ini, rasanya perlu untuk bertanya kepada diri sendiri "apakah selama tahun 2024 ini saya bahagia?", apakah saya sudah berbagi kebahagiaan kepada sesama?, apakah saya sudah membuat keluarga dan orang-orang terkasih merasa bahagia?" Tentu rasa bahagia itu relatif, tidak ada ukuran yang bisa digunakan untuk mengukur kebahagiaan. Sebab bahagia itu bersumber dari dalam diri manusia.
Seringkali dalam sebuah percakapan santai, bapak mengatakan "menjadi orang tua harus bahagia, jangan terlalu terbebani dengan memikirkan anak-anak yang sudah dewasa dan sudah menikah". Demikian juga halnya sebagai seorang anak, harus bisa menjaga nama baik orang tua dan keluarga, sehingga orang tua tidak menjadi kepikiran, tetap sehat, dan berumur panjang. Amin.
Sebagai seorang yang beriman Katolik, saya tergerak untuk menyampaikan ajaran Yesus Kristus tentang Delapan Sabda Bahagia, terdapat dalam Injil Matius 5: 1-10. Sabda Bahagia adalah pengajaran iman untuk mencapai kesempurnaan hidup sebagai murid Kristus,ajaran iman yang kerap bertentangan dengan arus dunia saat ini. Mari saya ajak untuk lebih dekat mengenal tentang Delapan Sabda Bahagia:
- Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Miskin di hadapan Allah berarti menyadari akan segala dosa dan kelemahan kita, karenanya manusia membutuhkan Allah yang adalah segalanya. Dengan demikian, kita akan selalu belajar untuk bersikap rendah hati di hadapan Allah. Ini tidak dimaksudkan hanya menyangkut miskin dalam hal materi, tetapi juga aneka ragam kemiskinan kultural dan religius. Ketika saya tetap merasa miskin di hadapan Allah, meskipun saya telah bersyukur, telah berdoa, telah berbuat baik, telah beramal, namun semua dirasa masih kurang.
- Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berdukacita berarti bahwa saya dan anda dengan tulus menyesal, serta berduka karena dosa-dosa yang telah kita lakukan selama ini. Penyesalan ini mendorong kita untuk senantiasa bertobat dan menghindari dosa. Hal ini baik adanya sebagai sebuah resolusi hidup beriman yang lebih baik di tahun 2021 yang akan segera kita jalani. Tetap menjadi manusia yang baru, memasuki tahun baru dengan kebiasaan yang juga harus baru.
- Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Lemah lembut berarti bahwa saya dan anda harus membalas kejahatan dengan kebaikan, dan mewujudkannya melalui pengampunan yang kita berikan terhadap mereka yang berdosa terhadap kita. Hal ini merupakan ciri khas ajaran Kristiani, ajaran tentang cinta kasih. Sebagaimana tercantum dalam hukum cinta kasih "kasihilah Tuhan Allahmu dan kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri". Yesus sendiri memberikan ajaran tentang pengampunan "tak terhingga", dan mendoakan orang yang menyakiti kita "ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat".
- Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Kita diajak untuk sungguh mencari kebenaran, sehingga akhirnya akan menemukan Allah. Namun ada kalanya sikap mempertahankan kebenaran membuat kita menanggung penderitaan, seperti yang dialami para kudus dan martir. Dalam hidup, manusia harus memiliki prinsip, namun kita tidak boleh memaksakan prinsip hidup kita untuk juga dilakukan oleh orang lain. Setiap agama pasti mengajarkan kebenaran dalam hidup beriman, maka mengkafirkan orang lain yang berbeda agama adalah kedangkalan dalam hidup beragama dan beriman.
- Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Kemurahan hati dan keadilan adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan. Agar seseorang memperoleh kemurahan hati, maka prinsip keadilan harus juga dipenuhi. Seperti penjahat di salib yang bertobat, baru setelah ia menyadari dosanya, ia dapat beroleh pengampunan dan oleh Yesus dijanjikan untuk masuk dalam Kerajaan Surga. Adil dalam arti luas berarti memperoleh hak setelah kita melaksanakan kewajiban, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab kita masing-masing. Maka baik adanya jika kita senantiasa bersyukur, setelah menerima rejeki tidak lupa untuk berbagi kasih kepada sesama yang berkekurangan. Menyantuni yatim piatu, bersedekah, mendoakan sesama yang sedang mengalami penderitaan, adalah beberapa kewajiban yang harus dilakukan sebagai orang beriman. Khususnya saat ini kita masih berada dalam masa pandemi, dimana kita pantas berbagi kasih bagi sesama kita yang sedang mengalami musibah akibat virus Covid-19.
- Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Kesucian hati dapat dicapai bila kita memiliki kerendahan hati, menyesali dosa dan mau bertobat. Bersikap lemah lembut yang diwujudkan dengan mengasihi sesama kita. Allah memberi kepada mereka yang mencintaiNya, memberi hak istimewa untuk memandang Allah. "Karena apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah". Maka baik adanya bagi kita untuk melakukan meditasi dan kontemplasi, sehingga kita bisa mengalami perjumpaan, serta komunikasi secara pribadi dengan Allah.
- Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Dalam hal ini kita perlu berdamai lebih dahulu dengan diri sendiri, menempatkan hal-hal rohani sebagai sebuah keutamaan hidup, daripada mengutamakan hal-hal duniawi. Sehingga kita dapat berdamai dan membawa damai kepada sesama manusia. Seharusnya manusia hidup saling berdampingan dengan damai (namun tetap menjaga jarak dan melaksanakan protokol pencegahan terhadap Covid-19).
- Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Mereka yang sungguh mencari kebenaran, akhirnya akan menemukan Allah. Untuk mencari kebenaran memang tidak mudah, melakukan hal yang benar pasti akan banyak tantangan secara internal dan eksternal. Hidup beragama dan beriman harus tetap kita laksanakan secara benar, dan mewartakan kebenaran harus menjadi keutamaan dalam hidup.
Sabda bahagia merupakan sebuah janji, yang meneguhkan harapan dalam kesulitan; menyatakan berkat dan ganjaran, yang murid-murid sudah miliki secara rahasia. Saya dan anda adalah juga sebagai murid, yang masih hidup dan berziarah dalam hidup ini untuk terus melakukan tindakan kasih sebagai sebuah keutamaan hidup.
Baca: Arti Kebahagiaan di Bukit Sabda Bahagia, Israel
Delapan Sabda Bahagia adalah pengajaran Yesus yang pertama ketika Ia memulai karyaNya. Katekismus Gereja Katolik menjelaskan bahwa Yesus sendiri adalah gambaran inti dari Sabda Bahagia ini. Dalam diri Kristus, Delapan Sabda Bahagia terpenuhi dengan sempurna.
Pengajaran iman ini menjadi kunci dari semua karya Yesus di dunia, menjadi cerminan akan cinta kasihNya, sekaligus menjadi pedoman bagi umat Allah untuk mencapai kebahagiaan di dunia, yang menghantar kepada kebahagiaan sejati di Surga.
Mungkin tahun baru mendatang masih akan memberikan tawaran kepada kita untuk mencari kebahagiaan semu. Namun sebagai umat beragama dan beriman, kita diarahkan untuk mencari kebahagiaan sejati. Kristus mengajar para muridNya, agar dapat melawan arus dunia ini, karena itulah ciri orang yang hidup. G.K. Chesterton menulis, "Yang mati mengikuti arus, tetapi hanya yang hidup dapat melawannya".
Sabda Bahagia merupakan kerinduan kodrati akan kebahagiaan. Kerinduan ini berasal dari Allah, sebab Allah telah meletakkannya di dalam hati manusia. Hidup manusia akan senantiasa tertuju kepada Allah, karena hanya Allah yang dapat memenuhi dan menjawab kerinduan manusia akan kebahagiaan sejati. Sabda Bahagia mengungkapkan arti keberadaan manusia, dan tujuan akhir perbuatan manusia "kebahagiaan di dalam Allah" (eskatologis). Allah memberi panggilan ini kepada setiap manusia secara pribadi dan kepada semua umat beriman.
Kebahagiaan sejati yang dijanjikan Allah menuntut keputusan-keputusan moral yang penting dari kita. Ibarat kita dipanggil oleh seseorang, maka kita akan menjawabnya. Ibarat seseorang mengucapkan salam, maka kita wajib membalas salam tersebut. Ibarat orang lain tersenyum manis untuk kita, maka kitapun juga pasti akan membalas senyum manis tersebut. Ibarat kita telah ditolong oleh orang lain, maka kita wajib berterima kasih.