Mohon tunggu...
Mr. aBc
Mr. aBc Mohon Tunggu... Guru - Salam Gloria

🔛🖋️📝🖋️Goresan artikel sederhana. Mencoba berjiwa dan bersemangat sebagai guru muda. Di Era New Normal. Proses mencari dan menjadi inspirasi✍️ Sahabat Literasi: SMPK Santo Mikael - Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malam Satu Sura di Surabaya

20 Agustus 2020   02:33 Diperbarui: 20 Agustus 2020   09:27 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Malam Satu Sura (Sumber: pixabay.com)

Malam satu Sura ini, saya memilih untuk mengisinya dengan tirakatan (tidak tidur) sampai proses penulisan artikel ini selesai. Sembari saya juga melakukan tuguran (berjaga, merenung, sambil berdoa), dan hasil permenungan ini, saya tuliskan dalam artikel ini. Melakukan tuguran (berjaga sambil berdoa), bukanlah sesuatu yang asing bagi saya. Karena dalam tradisi Katolik, juga ada upacara tuguran (berjaga dan berdoa), setelah misa malam Kamis Putih/malam perjamuan terakhir.

Menarik bagi saya, tentang pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang dilaksanakan pada malam satu Sura. Pagelaran wayang kulit dengan lakon Semar Mbangun Khayangan. Cerita tentang Semar Mbangun Khayangan, merupakan cerita tentang upaya Semar dalam menciptakan atau mengajarkan tentang surga atau kebahagian kepada manusia, dengan memperbaiki hati sanubarinya. Cerita ini, memberikan gambaran bahwa khayangan atau surga bukan hanya sebuah tempat atau kehidupan setelah manusia mati. Namun juga sebagai suatu keadaan bahagia ketika manusia masih hidup, namun dengan syarat memiliki hati/sanubari yang bersih. Setiap manusia sejak dalam kandungan sudah dididik tentang hati sanubari yang baik. Melalui doa dan perilaku baik orang tuanya selama mengandung.

Tokoh Semar memberikan teladan bagi kita semua, untuk "mbangun Khayangan", masing-masing dari kita memiliki tugas untuk membawa dan menciptakan situasi yang damai dan bahagia bagi sekitar kita, bagi sesama kita. Khususnya saat ini, kita memiliki tugas untuk saling menjaga, memberikan rasa nyaman bagi sesama kita. Saling melindungi, dengan memakai masker, menjaga jarak, dan mematuhi protokol kesehatan, agar pandemi ini segera berakhir. Semuanya bermuara pada suara hati, kebersihan hati, menjaga hawa nafsu, agar tidak terdorong untuk melakukan hal-hal yang negatif. Pesan yang sangat baik, khususnya bagi kita yang masih berziarah dalam menjalani hidup ini. Manusia yang memiliki pusaka paling berharga "hati", yang senantiasa harus selalu dijaga dan dibersihkan dari hal-hal yang tidak baik, agar bisa menjalani hidup dengan bahagia dan mampu memberikan kebahagiaan bagi orang lain.

Kepercayaan orang Jawa, bulan Sura diartikan sebagai bulan yang menyeramkan, seperti penuh bencana dan bulannya para makhluk gaib. Beberapa orang juga masih mempercayai dengan berbagai macam mitos yang pantang untuk dilanggar. Kembali teringat akan pesan orang tua dahulu, jika masuk bulan Sura harus hati-hati dalam melakukan pekerjaan, atau hal lain. Namun hal ini juga bisa dimaknai, mengandung pesan bahwa sikap mawas diri, hati-hati jangan hanya dilakukan hanya pada bulan Sura saja, namun harus dilakukan setiap saat. Tirakatan/tuguran/berdoa, jangan hanya dilakukan pada malam satu Sura, atau selama bulan Sura. Kita harus berdoa, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan berjaga-jaga setiap saat.

Selamat Tahun Baru Islam 1442 H

Sidoarjo, 19-20 Agustus 2020

Mr. aBc

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun