Mohon tunggu...
Mr. aBc
Mr. aBc Mohon Tunggu... Guru - Salam Gloria

🔛🖋️📝🖋️Goresan artikel sederhana. Mencoba berjiwa dan bersemangat sebagai guru muda. Di Era New Normal. Proses mencari dan menjadi inspirasi✍️ Sahabat Literasi: SMPK Santo Mikael - Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memetik Nilai Kehidupan yang Dapat Diambil dari Bersepeda

27 Juni 2020   10:48 Diperbarui: 28 Juni 2020   04:32 2083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersepeda (Ilustrasi: shutterstock via lifestyle.kompas.com)

Entah mengapa, pada saat itu bapak saya tidak membelikan saya sepeda roda tiga. Sampai sekarang saya tidak berani bertanya kepada beliau, mengapa saya tidak jadi dibelikan sepeda. 

Kemungkinan besar alasannya adalah harga sepeda waktu itu cukup mahal, dan bapak belum punya cukup uang untuk membelikan saya sepeda dan menuruti permintaan anaknya.

Bapak, meskipun dulu saya tidak jadi dibelikan sepeda roda tiga, tidak apa-apa. Lihatlah, kini anakmu sudah bisa membelikan sepeda itu untuk cucumu. 

Maka berbahagialah, jika seorang anak dibelikan sebuah sepeda tanpa meminta kepada orangtuanya. Berbahagialah, sebagai orangtua bisa membelikan sepeda di saat anaknya meminta.

Mengapa anak kecil identik dengan sepeda roda tiga?

Dalam sebuah permenungan, saya dapat mengatakan bahwa anak kecil belum bisa naik sepeda, mereka masih proses belajar, masih belum bisa seimbang. Sehingga butuh sarana untuk bisa seimbang, yaitu roda tiga di sepedanya. 

Tujuannya jelas, supaya anak kecil tersebut bisa merasakan bahagianya naik sepeda. Bisa dibayangkan jika anak kecil langsung dibiarkan naik sepeda roda dua, risikonya jelas anak tersebut akan terjatuh.

Bagi anak kecil, selain roda tiga sebagai penyeimbang, orangtua juga berperan sebagai penyeimbang dan penyemangat dalam aktivitas bersepeda. Orangtua yang mendorong, mengarahkan, sang anak bersama sepedanya, untuk terus maju dan bergerak.

Belajar Sepeda Roda Dua
Setelah puas bermain sepeda roda tiga, akan tiba saatnya bagi seorang anak untuk mencoba dan belajar tantangan baru bersepeda. 

Tidak mungkin selamanya seorang anak akan terus bermain dengan sepeda roda tiga. Anak harus berani mencoba, dan belajar untuk naik sepeda roda dua. Tentunya tantangan dan risikonya juga lebih besar (terjatuh, menabrak pagar, dll). Namun harus berani untuk terus maju dan belajar. Karena tidak ada istilahnya naik sepeda kok jalannya mundur. 

Apakah orangtua akan langsung melepaskan begitu saja, ketika anaknya baru pertama kali belajar naik sepeda roda dua? Tentu tidak, anak tersebut masih butuh pendampingan, butuh penjaga, butuh penyeimbang ketika akan jatuh. Bahkan, orangtua akan rela berlari-lari mengikuti dan mendampingi anaknya belajar naik sepeda. Tujuannya jelas, agar si anak merasa aman, dan ada yang menyeimbangkan ketika akan jatuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun